Konon katanya, semua berawal dari kata. Ketika roh Allah melayang-layang, Ia berfirman (mengeluarkan kata) jadilah bumi! Maka bumi ini pun jadilah. Tentu saja dengan kuasa Allah bumi ini ada. Namun, kata, dengan tanpa mengabaikan siapa yang mengeluarkannya, secara hakiki memiliki kekuatannya sendiri yang luar biasa. Kata bukan sekedar rangkaian huruf vocal dan konsonan yang bersanding disana-sini. Tetapi ia merupakan suatu rangkaian ajaib yang memberikan daya magis bagi siapa pun yang mendengar maupun membacanya. Tanpa perlu tahu siapa yang mengucapkannya, atau siapa yang menuliskannya, kata akan mempengaruhi anda.
Bayangkan ketika suatu hari anda berimpitan dalam sebuah bus di tengah udara panas dan campur aduk bau keringat. Jengkel, marah dan bosan serasa siap meledak dari ubun-ubun. Lalu di sebuah kursi terdapat coretan “damai itu indah”. Maka, seperti bara yang mendapat setetes air, terasa berkurang panasnya, meskipun mungkin tidak memadamkan api kemarahan itu. Setidaknya anda akan bertahan sebentar dan mencoba berdamai dengan lingkungan dan kondisi yang tidak menyenangkan itu.
Akan lain lagi ceritanya jika coretan yang tertulis di kursi “persetan”. Maka kemarahan itu akan menjadi seperti bara yang tersiram minyak. Rasa marah dan tidak perduli menuntun anda untuk menyikut, mendorong, menginjak kaki atau mendesak orang lain agar posisi anda lebih nyaman. Ketika batin membisikkan “mbok jangan gitu”, jawaban yang keluar adalah “persetan”.
Kata “damai” dan “indah” di mata saya memiliki kekuatan positif seperti juga kata “cinta”, “kasih”, “jujur”, dan “percaya”. Sedangkan kata “persetan” memancarkan energi negative seperti juga kata “buruk”, “jahat”, “benci”, “bohong” dan “marah”. Saya memiliki keyakinan bahwa semakin sering seseorang berinteraksi dengan kata-kata tertentu, maka perilakunya akan terpengaruh oleh kekuatan dari kata-kata tersebut. Mari kita ambil contoh kata “terima kasih”. Ucapkan dan tuliskan kata tersebut pada orang yang sungguh keras hati untuk mengucapkan terima kasih. Pelan tapi pasti, saya yakin orang tersebut akan mulai juga untuk menulis terima kasih, kalau masih berat untuk mengucapkannya.
Diantara banyak kata, saya paling suka dengan kata “kasih” yang kalau diterjemahkan dalam bahasa inggris menjadi LOVE. (Jadi ingat lagunya Michael Bolton, A Love is Beautiful). Karena begitu sukanya saya dengan kata itu, maka saya memaknai LOVE sebagai akronim dari LIFE; OPPORTUNITY; VIRTUE; EMPATHY. Suatu keadaan bernuansa kasih jika keadaan tersebut membawa kehidupan, memberi kesempatan (memaafkan dan tidak egois), membawa kebajikan, dan turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang dikasihi. Jika suatu tindakan bertentangan dengan keempat kata tersebut, maka sulit dikatakan bahwa ada kasih disana. Demikian juga jika ada yang berkata pada anda “I Love U” tapi tidak mengandung life, opportunity, virtue dan empathy, maka jangan terburu-buru untuk percaya. 😀
Sayangnya, akhir-akhir ini kata-kata dengan energy positif retak disana-sini tergusur kata-kata negative.
Adalah hak kita semua untuk mendapat energy posistif dalam bertumbuh kembang bersama. Retakan kata itu perlu ditutup dan kata dimurnikan. Kita membutuhkan kata-kata untuk dapat tetap bertahan. Tulislah terus harapan demi harapan. Suarakan terus kedamaian, rendah hati dan suka cita. Mari kita perbanyak menggunakan kata positive dalam keseharian. Yakinlah, kita bisa!
14 Februari 2011