Arsip Tag: galau

Perempuan di Tengah Badai: Sederhana dan Tidak Mudah

Resensi Ragil Koentjorodjati
kumcer kit roseDari perempuan untuk perempuan, itu yang awal terlintas di benak saya ketika membaca kumpulan cerita pendek “Perempuan di Tengah Badai” karya Kit Rose menyusul buku pertamanya “Melukis Langit”. Kemudian buku itu saya buka lembar demi lembar, saya baca dan nikmati, tanpa terburu-buru. Ada warna hitam mendominasi di sampul buku, separuh langit di sampul belakang menjadi seperti penuh warna mendung, setangkai mawar hitam menggantung di sudut atas kiri. Kemudian ada foto wajah, setengahnya tertutup gelap.
Di sampul belakang tertulis:
“Mahligai rumah tangga dengan landasan cinta yang tulus dan suci, seringkali dijadikan perhentian terakhir setiap perempuan. Itulah yang membuat perempuan sering terjebak pada perasaan dan nalar manusia dalam memegang sucinya cinta, yang tanpa syarat dan tidak menyakiti.”
Sejenak saya tertegun. Ada harapan perempuan tersirat di sana. Harapan akan sebuah keluarga yang nyaman, damai penuh cinta dan bahagia. Harapan sederhana hampir kesemua wanita. Sederhana dan tidak mudah. Sebab harapan itu juga harapan akan adanya pasangan hidup yang baik, lelaki yang memahami dan bersedia bekerja sama mewujudkan mimpi-mimpi mahligai rumah tangga. Dan pada akhirnya, harapan itu menjadi harapan bersama –lelaki dan perempuan-.
Jadi, ternyata buku ini tidak hanya “dari perempuan untuk perempuan” sebagaimana awal terlintas di benak saya. Buku kumpulan cerpen ini juga untuk lelaki, lelaki yang mau memahami harapan perempuan, lelaki yang bersedia mendengarkan keluh kesah dan tentu saja ratapan yang tersembunyi di kegelapan malam. Di sinilah buku ini menjadi sangat berharga, menyampaikan hal-hal tersembunyi, hal-hal yang tidak terungkapkan dari perempuan yang menyelami kehidupan berumah tangga tanpa abai pada lingkungan sosialnya.
Buku kumpulan cerpen ini dibagi menjadi tiga bagian, Meletakkan Cinta dan Prahara pada Tempatnya; Meraih Cinta Menetapkan Hati; dan Pedih adalah Indahnya Cinta. Masing-masing bagian diisi lima buah cerita pendek dan masing-masing bagian terdapat pengantar singkat, sangat membantu pembaca untuk memahami persoalan dan tema yang diangkat. Misalnya, pada Meletakkan Cinta dan Prahara pada Tempatnya, tertulis:

“Pada saat kita menemukan cinta kita mengalami ujian atau godaan, baik pada diri sendiri atau pada pasangan, sebenarnya ini adalah penguat atas kokohnya cinta yang terbungkus dalam kedewasaan. Perjuangan seorang istri dalam mempertahankan pernikahannya ketika sang suami tergoda mencari kesenangan di luar, dengan tanpa amarah, adalah contoh dari bagaimana cinta mengalami pendewasaan.”

Selain kisah-kisah ringan dan mudah dicerna, pembaca juga disaji puisi-puisi segar dan romantis di setiap cerita pendek. Simak saja salah satu puisi dalam cerita “Pangeran Cinta” berikut ini:

Rembulan menyapa wajah malu-malu dalam remang indahnya.
Angin malam membelai dinding hati membisikkan cinta penuh mesra.
Dan redupnya bintang mengukirkan lukisan hangat pada senyap yang kian rakus menggerogoti kesunyian mimpi.

Di sini aku masih menatap kelam.
Aku tetap memeluk mimpi.
Aku merintih kedinginan di tengah alunan cinta.
Dan aku mencari di mana sang kekasih hati hendak menjemput.
Aku juga masih merajut dongeng pangeran pujaan hati singgah di hati yang tak pernah bicara ini.
Adakah tersisa dongeng itu untukku walau hanya sekejap?
Aku ‘kan menunggu sampai kering hausku dan lenyap dibawa nyanyian bisu.
Dan aku masih bersama cintaNya merangkai hari indah.

Tentu model penulisan seperti ini tidak untuk menggalaukan pembaca tetapi lebih pada menguatkan bagaimana perempuan melewati badai kehidupannya dengan memetik pesan dan manfaat dari kisah yang disampaikan. Sebab kisah adalah jembatan pelangi yang menghubungkan “yang tidak terungkap” dengan realita.

kumcer kit roseJudul buku : Perempuan di Tengah Badai
Penulis : Kit Rose
Penerbit : Pensil-324
Tahun : 2011
Tebal : xvi+254 halaman
ISBN : 978-979-3622-91-0

Aku di Sini

Puisi Rere ‘Loreinetta

rere's guitar

Sahabat…
Kemarilah duduk disampingku sebentar
Merapat pada bahuku
Dan dengarkan aku berkata kepadamu
Meski pelan dan tersamar

Genggam erat jemariku
Dan rasakanlah gerakanya yang gemetar
Tataplah jauh di kedalaman danau mataku
Hingga menembus hati

Lalu lihatlah…
Semua rasa dan bahasa kasih yang kusimpan dan kumiliki
Biarkan semuanya mengalir padamu
Untuk kau terjemahkan sendiri

Diamlah sejenak dan dengarkan
Bayangkan dan fikirkan tanpa perlu aku mengungkapkan kepadamu
Bahwa begitu banyak hal hebat yang telah kita lalui bersama

Penuh derai tawa dan juga air mata
Kesedihan…
Amarah…
Bahagia…
Semua kita telah rasa…

Jangan biarkan itu semua tenggelam begitu saja
Ke dalam lubang hitam kenangan dan sejarah suram
Atau kita buang dan abaikan.

Tetapi,
Mari kita jadikan itu semua sebagai kekuatan kehidupan
Dan sejarah yang takkan pernah terlabur dan terlupakan

Sahabat…
AKu ingin kau tahu dan mengerti,
Bahwa perjumpaan dan mengenalmu
Menjadi bagian dari hidup dan hatimu

Adalah takdir dan hadiah yang terindah
Yang telah diberikan oleh Tuhan
Untukku…
Dan semoga semua hadiah ini
Akan tetap kekal abadi sampai nanti
Sepanjang usia kita

26 September 2011

Saat Hati Ingin Bersandar

Puisi Siska Premida Wardani

ilustrasi dari gp.blogspot.com

Kemana lagi ku akan datang
Pabila kegalauan bertubi menghadang
Membiarkanku terhimpit sesak dan dalam…begitu dalam
Tanpa teman ku sendiri menanggung beban

Kemanakah sungguhnya jalanku
Saat pejam dan nyaman pun enggan menyapaku
Luluh lantak hati ini merasakan
Seolah urat nadi ingin segera disayatkan

Oh..di manakah harusnya aku berada
Tatkala hanya gulita memenuhi pikiran dan mata
Menggantikan sejuknya fajar, hangatnya siang,….teduhnya senja
Ku tahu aku tak punya tempat tuk singgah

Ya Allah Ya Rahim
Sungguh air mata tak tahan terbendung
Kaki lemah ini sigap tuk bersimpuh
Tiada kataku selain memohon lautan ampun-Mu
Hanya pada-Mu kuhadapkan diri…wajah lusuhku…mata sembabku

Ya Rabb Ya Karim
Kutahu hidupku tak pernah mudah
Tak kuminta jalan yang mulus, tanpa debu, tanpa batu
Bekali hamba dengan segenggam kuat
Hujani hamba dengan sabar dan ikhlas
Tanamkan kompas di hati hamba
Agar hamba tidak tersesat…dan tahu ke mana arah pulang

Dan aku hanyalah hamba-Mu yang mengadu

yang tanpa malu mengajukan pinta
Engkau dengarlah suara hamba
meminta pada-Mu yang Maha Tahu
yang Maha Tinggi lagi Maha Hidup
Laa haulaa walaa quwata illa billa

(di suatu tempat kurajutkan kata menjelang Dhuha. Persembahan untuk kalian yang percaya pada doa, semoga pengembaraan hidup kita membawa sejuta hikmah)

21 Agustus 2011

Concerto Rasa

seperti gula-gula dalam balutan nada minir
terkadang datar tanpa getar
menyisip ironi pada simfoni

Tubuhmu adalah lagu,
tempat syair-syair hendak kutulis
huruf demi huruf,
kata demi kata,
melengkapi irama jiwa yang kaucipta
sempurna
dari setiap liuk racau galau penghamba cinta
helaan nafas serupa gesekan biola
dan desahmu,
desah panjang penari yang kehilangan malam untuk sembunyi
dari kata di ujung senja
-jangan tinggalkan aku sendiri-

Concerto rasa ini,
Beku manakala pandang matamu sedingin salju
:jangan pernah kaumenangis
Agar kaudengar doa
biarkan aku mati, usai menyelesaikan concerto rasa ini.