Arsip Tag: buruh migran

Pengumuman Lomba Cerpen RetakanKata 2013

Kabar Budaya – RetakanKata

jawara menulis
Ilustrasi dari apegejadifilewordpressdotcom

Anda tentu sependapat bahwa lebih banyak orang yang meyakini menulis cerpen itu bukan suatu pekerjaan yang mudah. Banyak tip-tip ditulis di website, blog maupun buku-buku untuk memudahkan penulisan menunjukkan bahwa ada suatu tingkat kesulitan yang coba dipecahkan para pengarang. Harapannya, tentu para penulis tip menginginkan lebih banyak orang memiliki kemampuan menulis, tidak hanya cerpen namun juga jenis karangan yang lain.

Maka melimpahnya peserta lomba menulis cerpen RetakanKata 2013 patut disyukuri. Apresiasi luar biasa perlu disampaikan kepada para peserta yang telah berupaya dengan segenap kemampuan untuk menghasilkan karya-karya terbaik mereka, terutama pada para sahabat buruh migran yang telah mencuri waktu untuk menulis di tengah-tengah kesibukan mereka. Meski tidak semua dapat menjadi pemenang lomba tahun ini, namun ada harapan besar di kemudian hari para penulis ini akan menjadi penulis besar.

Dari dua kategori yang dilombakan tahun ini, sayangnya hanya sedikit yang mengikuti kategori B (buruh migran). Tercatat hanya ada empat naskah untuk kategori B. Hal ini bukan berarti tidak ada peserta dari buruh migran sebab para sahabat buruh migran lebih banyak mengikuti lomba pada kategori A (umum). Untuk itu, kedua kategori dilebur menjadi satu dan jumlah pemenang tahun ini diperbanyak menjadi 20 pemenang lomba dari 504 naskah cerpen yang masuk.

Menimbang pada dua kategori yang digabung menjadi satu, maka hadiah yang diberikan kepada para pemenang lomba adalah sebagai berikut.

  • Juara I, cerpen berjudul Jendela-jendela Aba karya Oddie Frente, berhak mendapat uang tunai Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) + 1 free blog premium senilai Rp 500.000, 00 per tahun  selama 2 tahun + buku kumpulan cerpen hasil lomba.
  • Juara II, cerpen berjudul Aedh Tak Lagi Mengharap Kain Sulaman Surga karya Victor Delvy Tutupary, berhak mendapat uang tunai Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) + 1 free blog premium senilai Rp 500.000, 00 per tahun  selama 2 tahun + buku kumpulan cerpen hasil lomba.
  • Juara III, cerpen berjudul Angsa Salju karya Sulfiza Ariska, berhak mendapat uang tunai Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) + 1 free blog premium senilai Rp 500.000, 00 per tahun  selama 2 tahun + buku kumpulan cerpen hasil lomba.
  • Cerpen Laki-laki dalam Kereta, Sesuatu yang Tak Menyenangkan dari Ibu Mertuaku dan Legiun Dajjal, berhak mendapat uang tunai masing-masing Rp 150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) + 1 free blog premium senilai Rp 500.000, 00 per tahun  selama 1 tahun + buku kumpulan cerpen hasil lomba.

Dan berikut ini adalah cerpen-cerpen terbaik yang berhak masuk dalam buku Antologi Cerpen RetakanKata 2013:

  1. Jendela-jendela Aba karya Oddie Frente
  2. Aedh Tak Lagi Mengharap Kain Sulaman Surga karya Victor Delvy Tutupary
  3. Angsa Salju karya Sulfiza Ariska
  4. Laki-laki dalam Kereta karya Diyah Hayu Rahmitasari
  5. Sesuatu yang Tak Menyenangkan dari Ibu Mertuaku karya Ardi Kresna Crenata
  6. Legiun Dajjal karya Royyan Julian
  7. Mak Parmi karya Danang Duror Alfajri
  8. Bayi yang Hilang karya Albert Wirya
  9. Savitri Jadi Sintren karya Imamul Muttaqin
  10. Anak Kocok karya M. Said Hudaini
  11. Garis Rosary karya Dhianita Kusuma Pertiwi
  12. Kirana karya Jenni Anggita
  13. Pulang karya Meilina Widyawati
  14. Musim Semi di Taman Ueno karya Yanti Hanalia Mantriani
  15. Esspreso Cinta karya Kadek Lestari Diah Paramitha
  16. Makan Malam Terakhir karya Lidya Pawestri Ayuningtyas
  17. Garis Waktu karya Wilibrodus Wonga
  18. Penari Tiang karya Marina Herlambang
  19. Hukum Pancung karya Upik Junianti
  20. Dubai di Ujung Hari karya Meylani Nurdiana

Catatan:

Seluruh cerpen pemenang lomba akan dibukukan dan masing-masing pemenang akan mendapatkan satu buku gratis Antologi Cerpen RetakanKata 2013. Pemenang yang ingin mendapatkan lebih dari satu buku, dapat melakukan pemesanan terlebih dahulu melalui email retakankata@gmail.com dengan mengganti  uang cetak dan penerbitan buku yang dipesan.

Para peserta dan pembaca yang ingin memesan buku Antologi Cerpen RetakanKata 2013 dapat mengirim pesanan melalui retakankata@gmail.com dengan melakukan pembayaran dimuka sebesar Rp 50.000 per buku belum termasuk ongkos kirim. Hubungi redaksi RetakanKata untuk keterangan lebih lanjut.

Hadiah berupa blog dan buku tidak dapat ditukar dengan uang dan blog tidak dapat dialihkan kepada pihak lain tanpa persetujuan dari RetakanKata. Lihat harga blog di Lapak RetakanKata.

Seluruh pemenang diwajibkan melakukan verifikasi dengan mengirim email yang dilampiri data diri berikut foto serta profile singkat penulis sebagai pelengkap penerbitan buku. Verifikasi dapat dilakukan sampai dengan akhir Agustus 2013. Jika lewat dari bulan Agustus pemenang belum melakukan verifikasi, maka kemenangannya dibatalkan dan hak-haknya dicabut.

Apabila para pembaca mengetahui adanya kecurangan, ketidakbenaran data dan naskah cerpen, diharapkan memberikan informasi kepada RetakanKata melalui retakankata@gmail.com sampai batas waktu akhir bulan Agustus.

Pengumuman ini juga dapat dibaca di BUKUONLINESTORE.COM sebagai bagian dari RetakanKata Network. Lihat juga blog-blog yang ada di bawah BukuOnlineStore:

Lomba Menulis Cerpen RetakanKata 2013

Kabar Budaya – RetakanKata

Sebenarnya kami kurang begitu suka menyebut ini sebuah lomba. Kami lebih suka menyebut ini sebagai ajang bersuka ria dengan menulis. Semacam seremoni merayakan kemerdekaan untuk menulis. Tapi, apa boleh buat, istilah lomba ini terlanjur memudahkan komunikasi kita tentang bagaimana sebuah perayaan ini dilakukan sehingga menjadi semacam kegembiraan bagi siapa saja. Yah, itulah tujuan utama kegiatan menulis kita kali ini: merayakan kemerdekaan menulis dengan penuh suka cita. Penggunaan istilah lomba cukup dipandang sebagai pemudahan komunikasi saja.

Seharusnya lomba ini diselenggarakan setiap menyambut ulang tahun berdirinya RetakanKata. Tetapi karena beberapa hal mengganggu agenda, terpaksa tahun ini sedikit mundur ke belakang. Dengan parade lomba yang begitu panjang sepanjang tahun 2012, kami berharap, mundurnya agenda lomba menulis cerpen ini dapat dimaklumi. Tentu kami membutuhkan sedikit jeda untuk bernafas setelah lomba cerpen RetakanKata 2012, menyusul rangkaian lomba-lomba yang lain, sebut saja misalnya lomba menulis opini sebanyak dua kali, lomba menulis resensi, lomba menulis flash fiction, weekly writing challenge dan festival blog sastra indonesia. Meski cukup melelahkan, namun kebahagiaan sahabat RetakanKata menjadi penghibur yang menyemangati kami untuk terus mempertahankan RetakanKata.

Mengawali lomba di tahun 2013 ini, RetakanKata kembali menyelenggarakan lomba menulis cerpen yang tetap GRATIS bagi siapa saja. Dengan menambah kategori lomba, mudah-mudahan perayaan kemerdekaan menulis ini menjadi lebih meriah. Ya, lomba kali ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu: kategori untuk umum dan kategori untuk buruh migran. Kategori umum terbuka bagi siapa saja, baik warga negara indonesia maupun bukan. Sedang kategori buruh migran hanya diperuntukkan bagi warga negara Indonesia yang bekerja sebagai buruh migran di mana pun mereka berada. Ketentuan lebih lengkap mengenai lomba cerpen ini dapat disimak di page Lomba Cerpen RetakanKata. Selain menambah kategori lomba, kali ini juga menambah daftar panjang hadiah untuk para juara. Semoga perayaan kemerdekaan menulis ini benar-benar membawa kegembiraan bagi siapa saja.

Untuk membaca ketentuan lomba dan mengunduh formulir pendaftaran klik: LOMBA CERPEN RETAKANKATA 2013.

Kami tunggu karya-karya Anda dan Selamat Bersukacita!

Buruh Migran dalam Deretan Angka

Gerundelan Ragil Koentjorodjati

manusia yang terbelenggu
Berapa sebenarnya harga satu buruh migran? Tidak perlu kaget dengan pertanyaan semacam ini.
Jika kita merujuk pada berita di media massa, maka harga tangan senilai Rp 250 juta. Nyawa Darsem senilai Rp 4,5 milyar (kompas). TKI yang terancam hukuman mati 303 orang. Kalau dikalikan 4,7 milyar, menjadi sejumlah Rp 1.424,1 milyar. Satu trilyun lebih.
Merujuk pada keterangan Migrant Care, para buruh migrant memberikan penghasilan pada Kemenakertrans senilai rata-rata Rp 750 milyar setahun. Dari jumlah tersebut, Rp 500 milyar dari dana perlindungan yang dipungut dari TKI, yaitu sebesar USD 15 per TKI. Selain itu, calon TKI juga harus membeli asuransi seharga Rp 400.000 per orang. Setiap tahun, rata-rata 600.000 TKI diberangkatkan. Jika menghubungkan dengan data dari International Organization for Migration (IOM), pada tahun 2007, terdapat 2.700.000 TKI ke berbagai belahan dunia, maka saat ini terdapat kurang lebih 5.100.000 TKI. Pada tahun 2007, jumlah TKI kita masih menduduki urutan kedua setelah Filipina yang sejumlah kurang lebih 8.233.000 TKI.
Bayangkan perputaran uang yang ada di sana. Luar biasa besar. Pada tahun 2006, Bank Dunia memperkirakan bahwa adanya migrasi mampu mendorong perputaran uang senilai USD 150 milyar per tahun. Dan pada tahun 2009, pengiriman uang ke Negara-negara pengirim TKI mencapai USD 416,5 milyar. TKI kita berkontribusi sebesar 1,63% atau senilai USD 6, 788 milyar. Atau kalau dengan rupiah menjadi sebesar Rp 67.889,5 milyar.
Menakjubkan angka-angka dari bisnis buruh migrant ini. Menjadi sangat masuk akal jika berbagai pihak ingin terlibat mencicipi manisnya buruh migrant. Daro uraian tersebut menjadi sangat mudah menentukan berapa harga satu buruh migrant. Dengan menggunakan rata-rata, maka satu buruh migrant menghasilkan kurang lebih Rp 133 juta setahun. Jadi kalau harga tangan Rp 250 juta, maka itu sudah terlalu mahal. Apalagi Rp 4,7 milyar per orang.
Namun perlu saya tegaskan bahwa logika seperti itu amat sangat ngawur. Jika anda mencermati angka-angka tersebut, maka banyak pertanyaan yang semestinya dipikirkan berbagai pihak. Fakta menunjukkan, jumlah TKI menduduki peringkat kedua tertinggi di Asia, namun memberikan hasil sangat sedikit (hanya 1, 63%). Angka tersebut mengindikasikan bahwa kualitas TKI kita buruk. Kualitas yang buruk tentu disebabkan penanganan yang buruk dari berbagai pihak yang berkepentingan atas perputaran uang dari bisnis TKI. Kenyataan ini didukung dengan berbagai data yang menunjukkan adanya kasus 49 ribu lebih TKI menghadapi persoalan di luar negeri (Kompas). Persoalan yang disebabkan oleh TKI sendiri, disebabkan oleh system dan disebabkan oleh orang-orang yang tidak punya hati.
Angka-angka dan persoalan tersebut menunjukkan bahwa buruh migran melulu hanya dipandang sebagai sebuah komoditas. Bahkan jika pun itu dipandang komoditas, penanganannya pun sangat buruk. Yang ada di benak mayoritas pihak hanya bagaimana mengeruk keuntungan sebesar-besarnya dari para buruh migran. Sangat jauh harapan buruh migran diperlakukan sebagai manusia Indonesia yang tidak boleh dihargai dengan uang. Berapa pun mahalnya. Lalu apa yang seharusnya dilakukan?
Mereka adalah manusia. Meski di Arab ada kemungkinan dianggap budak, mereka adalah tetap manusia Indonesia. Perlakukan mereka sebagaimana layaknya manusia. Penanganan segala persoalan terkait paut dengan TKI yang butuh makan dan butuh hidup, harus ditegaskan dalam hukum yang memanusiakan manusia. Hukum dibangun sebagai landasan membentuk system yang melindungi mereka. Bila perlu sanksi berat dan tegas bagi pihak-pihak yang lalai dan melanggar aturan. Kita tahu banyak calo dan agen liar yang begitu mudah berkeliaran. Kita tahu institusi legal seperti perusahaan asuransi dan perbankan yang hanya mengambil keuntungan. Kenakan hukum tegas pada mereka, termasuk aparat pemerintah yang tidak becus menangani TKI. Adakan persyaratan yang memadai bagi infrastruktur buruh migran agar buruh migran tidak sekedar menjadi budak dengan sebutan pembantu. Bekali mereka dengan keahlian yang cukup.
Lebih penting dari semua itu adalah memanusiakan mereka di negeri sendiri. Sehingga mereka merasa memiliki rumah dan betah tinggal di rumah bernama Indonesia. Ciptakan pemerataan lapangan kerja buat mereka.