Puisi Ahmad Yulden Erwin
Di mana akan kausimpan cahaya
Bulan padam menjelma debur ombak
Memeluk urat-urat laut di lenganmu?
Tersimpan di sini, di sela tebing rintih
Sebenting karang terlipat tatap matamu
Bercak-bercak perih, jejak kata digerus waktu
‘Kadang kita tak bisa memilih,’ lirihmu
‘Hingga mimpi kita membiru.’ Tapi, luka adalah pantai
Adalah cahaya dan gelap pada nadir yang sama
Kukecup desir angin lewat ujung rambutmu
Sebutir embun terbit di ufuk matamu, memercik
Sebagai gerimis usai menggaris pagi di telapak tanganku
‘Antar aku pulang, Sayang, antar aku kembali
Berlayar ke negeri paling sunyi, ketika dusta bukan lagi
Sehitam pedagogi,’ bisikmu. Aku membisu, jauh menatap
Debur ombak, memimpikan revolusi berderap di lentik jemari
Kakimu, tak lain segurat proyektil di tembok batas kota itu
‘Lupakan mimpi-mimpi gilamu, Sayang, tapi rabalah bibirku
Di rimbun rumpun alfalfa, di gerimis tatap matamu,’ pintamu
Berharap jadi sejoli, sepasang lelaki yang dipaksa bermimpi
Melawan ilusi, hingga kauledakkan tubuhmu di stasiun kereta pagi
26 Agustus 2013
ARTIKEL YANG MENARIK…
terima kasih ya…
terus maju untuk blognya..
Salam DADIDOWNLOAD.com – Free Download All You Need
SukaSuka
terima kasih kembali
SukaSuka