
Seketika pula aku menghela nafas panjang lega. Iya, selayaknyalah demikian itu begitu. Tanpa pernah kehilangan asa. Sekali pun batu batu ujian ringan pun berat selalu sering jadi penghalang sepanjang jalan. Jangankan dalam perjalanan panjang kehidupan, dari sejarak tempat kediaman hingga di ketinggian lereng di mana aku berdiri ini saja pun berapa kali aku tersandung sandung, nyaris jatuh mencium bumi. Tapi untunglah aku tak terjatuh. Dan hasrat keinginan mendapatkan kabar dari sorang lelaki yang aku sayang tak pernah punah. Sebaliknya malah. Aku ingin sekali menerima kabar darinya. Kabar bagaimana dan di mana kini dia berada sebenar benarnya.
Lagi dan sekali lagi kilat berdenyar guruh menggelegar tapi agak di kejauhan dan gemanya pun semakin jauh semakin lemah kedengaran. Terganti sunyi sepi. Tertinggalkan berkas luas kecerahan di tengah lembah lintang melintang pematang. Cahya dari kaki langit nun jauh di sana dan yang dari celah mega mendung jadi penambah penerang ingatanku serta kangenku pada sorang lelaki. Sorang lelaki yang suka terlentang di pematang sana; hanya mengenakan celana panjang hitam komprang berkaos merah dalu, kadang berikat kepala hitam atau merah pula, jika tidak merah-putih. Itulah makanya, aku pun mengenakan paduan warna yang dia suka. Berkerudung merah marong. Hadiah darinya.
Dia memang penggemar warna warni bervariasi, tetapi busana yang dikenakannya seringkali warna hitam hitam dan merah. Katanya, dulu, bahkan ketika ikut berjuang di Sumatera dan Sulawesi menumpas pemberontakan reaksioner dan bahkan seketika dalam perjuangan pembebasan Irja, busana yang dikenakan pun demikian warna-warninya. Alasannya, katanya, nyaman. Lebih lincah dalam mengayun gerak jejaknya. Sekalipun, ada perkecualiannya; terutama dalam masa genting, dalam perjuangan hidup-mati. Pada saat saat gawat malah dikenakannya ikat-kepala warna dwiwarna. Warna Sangsaka Merah-Putih.
Sekali dan sekali lagi kilat berdenyar guruh menggelegar, meski nampak dan gemanya di kejauhan. Kian jauh melemah lambat lamat. Tapi tak urung, cahya kilat meninggalkan bekas di seberkas pertengahan lembah. Di lintang melintang pematang. Oh, sepertinya aku menampak sosok sorang lelaki yang berbusana sederhana: bercelana panjang hitam komprang berkaos oblong merah dalu berikat kepala merah-putih. Aku buka mata lebar-lebar. Tetapi seketika dia sudah tiada. Seketika aku tutup mulut dengan tapaktangan kananku. Menahan jerit ekspresi kangenku. Hanya untuk mendengar ujar katanya yang pernah dibisikkan ke telingaku: “Kalau dikau sangat rindu, upaya menampak lengkung warna warni di atas puncak gunung. Jika warna merah Pelangi itu cerah, jangan nangis tapi senyum meski meringis miris: aku pasti pulang. Bukan berpulang….”
Dari menutup mulut, tapak tanganku beralih ke sepasang mataku, mengusap basah titik air bening yang tak tertahankan mengalir. Seketika aku nampak benar benarlah warna merah lengkung pelangi itu merahnya cerah. Secerah darah lelaki Sang Pemberani. Kekasihku.
Nama lengkap: Abdul Kohar Ibrahim
Nama Pelukis (tandatangan pelukis): Abe
Kelahiran Jakarta 1942.
MULAI kegiatan tulis menulis dalam usia belasan tahun di media massa Ibukota, terutama sekali Harian Bintang Timur, Bintang Minggu (BT Edisi Minggu), Warta Bhakti, Harian Rakyat, HRM (Harian Rakyat edisi Minggu) dan majalah seni & sastera Zaman Baru.
Pada tanggal 27 September berangkat ke Beijing sebagai anggota Delegasi Pengarang Indonesia atas undangan Himpunan Pengarang Tiongkok untuk menghadiri perasyaan Ultah Ke-XVI berdirinya RRT dan peninjauan kebudayaan.
Pernah bekerja di Majalah Tiongkok Bergambar edisi bahasa Indonesia.
Medio 1972, atas kemauan sendiri, bersama beberapa teman meninggalkan RRT, membelah benua dengan keretapi Trans Siberia. Sampai ujung Eropa Barat, Brussel, Belgia.
Menerima pendidikan terakhir di Akademi Seni Rupa — : Académie Royale des Beaux-Arts de Bruxelles, Brussel, Belgia.
Alamat:
Belgia : Bruxelles, Belgique.
Indonesia : Batam ; Jakarta, Ciputat Tangerang Selatan, Indonesia.
Penghargaan / Diploma:
(1) Brevet d’Exellence & Diplôme de Fin d’Etude de l’Académie Royale des Beaux-Arts de Bruxelles (1975, 1979).
(2) Prix de Gouden Pluim (Spectraal, Gent, 1981).
(3) Médaille d’Argent du Mérite Artistique Européen (Coxyde, 1987).
(4) Médaille d’Argent de l’Académie Internationale des Arts Contemporains et Diplôme d’Officier (pour reconnaître et protéger sa valeur artistique) 1986.
(5) Médaille d’Or (1987) et Médaille de Platine de l’AIAC (Enghien, 1988).
Biodata. Bibliographie :
(1) Media Massa, antara lain : Le Soir, La Lanterne, La Dernière Heure, L e Pourquoi Pas ? Le Jalon des Arts, Gazet Van Antwerpen, Het Laste Nieuws, De Autotoerist, Sontags Kurier, Cellerche Zeitung. Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Harian Sijori Pos, Harian Batam Pos, KB Antara dan media online: SwaraTV, DepokMetroNet, CybersastraNet, CimbuakNet. Sedangkan buku-buku dan kamus yang memuat biodata, antara lain :
(2) Spectraal Kunstkijkboek VI, éd. Spectraal, Gent 1984.
(3) 50 Artistes de Belgique, par Jacques Collard, critique d’art, éd. Viva Press Bruxelles 1986.
(4) Art Information, éd. Delpha, Paris 1986.
(5) Who’s who in Europe, éd. Database, Waterloo 1987.
(6) Who’s who in International Art, international biographical Art dictionary, éd. 1987-1996, Lausanne, Suisse.
(7) Dictionnaire des Artistes Plasticiens de Belgique de XIXe et XXe Siècles – Editions Art in Belgium 2005.
(8) Artis Peintre Abe Alias A.Kohar Ibrahim dan Karya Lukisnya oleh Lisya Anggraini, Batam, Indonesia 2005.
Exposisi :
Sejumlah eksposisi individual maupun kolektif. Antara lain : Galerie Hendrik De Braekeler (Antwerpen, 1977). Galerie Rik Wauters (Bruxelles, 1977). Galerie Van de Velde (Gent, 1979). Les Arts en Europe (Bruxelles, 1979). Galerie APAC (Schaerbeek, Bruxelles, 1980). Mérite Artistique Européen (Coxyde, 1980, 1987, 1990). Galerie Escalier (Bruxelles, 1980). Spectraal (Gent, 1981). Galerie Gouden Pluim (Gent, 1982). Galerie Erasme (Anderlecht, 1983, 1990). Galerie Schadow (Celle, RFA, 1986). Europa Bank (Gent, 1987, 1988, 1990). 50 Artistes de Belgique (Bruxelles, 1986). A.I.A.C. (Enghien, 1987). Spectraal (Nieuwpoort, 1988). Galerie Het Eeuwige Leven (Antwerpen, 1993). De Kreiekelaar (Schqerbeek 1997). Parcours d’Atistes (Commune de Schaerbeek, 1998). En Modus Vivendi (Oude Kerk, Vichte, 2003). Galeri Novotel (Batam, Kepri, 2004). Museum Haji Widayat (Magelang, Indonesie, 2004). Galeri Novotel (Batam, Kepri, 2006). Ruang Expo Balaikota Hotel Communale de Schaerbeek, Brussel 2007. Guilliaum & Caroline Gallery, Bruxelles 2008.
Sebagai Penulis:
Sebagai penulis, A. Kohar Ibrahim mulai banyak menulis prosa dan puisi serta esai atau kritik sastra dan seni sejak akhir tahun 50-an di beberapa media massa Ibukota, antara lain Bintang Timur, Bintang Minggu, HR Minggu, Warta Bhakti dan Zaman Baru. Setelah Era Reformasi, berkas-berkas karya tulisnya ada yang disiarkan di media massa cetak dan online. Anatara lain : Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Sinar Harapan, Harian Sijori Pos, Harian Batam Pos, Majalah Gema Mitra, Majalah Budaya Duabelas (Penerbit : Dewan Kesenian Kepri), Cybersastra, Depokmetro.com, Swara.tv, Bekasinews.com, Art-Culture Indonesia, Multiply.
Dari tahun 1989-1999, selama sedasawarsa mengeditori terbitan yang tergolong pers alternatip, terutama sekali berupa terbitan Majalah Sastra & Seni « Kreasi » ; Majalah Budaya & Opini Pluralis « Arena » dan Majalah Opini « Mimbar ».
Sejumlah esai seni-budayanya, antara lain :
(1).“Sekitar Tempuling Rida K Liamsi », telaah buku kumpulan puisi Rida, terbitan Yayasan Sagang, Pekanbaru 2004.
(2).« Identitas Budaya Kepri », kumpulan esai bersama, terbitan Dewan Kesenian Kepri, Tanjungpinang 2005.
(3).« Kepri Pulau Cinta Kasih », kumpulan esai berddua dengan Lisya Anggraini, Yayasan Titik Cahaya Elka, Batam 2006.
(4).« Catatan Dari Brussel : Dari Bumi Pijakan Kaum Eksil »
(5).« Sekitar Tembok Berlin : Lagu Manusia Dalam Perang Dingin Yang Panas »
(6).« Hidup Mati Penulis & Karyanya : Polemik Pramoedya-Lekra vs Manikebu », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
(7).”Sekitar Prahara Budak Budaya”.
(8).« Sekitar Aktivitas Kreativitas Tulis Menulis Di Luar Garis ».
Buku dan atau kumpulan tulisan bersama berupa kucerpen dan kupuisi, antara lain :
(1).Kumpulan cerpen « Korban » , penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, 1989.
(2).Kumpulan puisi « Berkas Berkas Sajak Bebas », penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 37 1998.
(3).Kumpulan esei bersama : « Lekra Seni Politik PKI », Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 10 1992.
(4).Kumpulan sajak bersama : « Puisi », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 11 1992.
(5).Kumpulan esei bersama : « Kritik dan Esei », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 14 1993.
(6).Kumpulan cerpen bersama: « Kesempatan Yang Kesekian », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 26 1996.
(7).Kumpulan sajak bersama : « Yang Tertindah Yang Melawan Tirani » I, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 28 1997.
(8).Kumpulan sajak bersama : « Yang Tertindas Yang Melawan Tirani » II, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 39 1998.
(9).Kumpulan sajak : « Di Negeri Orang », penerbit Yayasan Lontar Jakarta & YSBI Amsterdam, 2002.
(10).Kumpulan tulisan bersama: Antologi Puisi Cerpen Curhat Tragedi Nasional 1965-2005, penerbit Sastra Pembebasan & Malka, 2005.
(11).Novel : « Sitoyen Saint-Jean – Antara Hidup Dan Mati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008.
(12).Kumpulan puisi : « Untukmu Kekasihku Hanya Hatiku », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
(13).Kumpulan cerpen berdua Lisya Anggraini-A.Kohar Ibrahim : « Intuisi Melati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
Yang belum atau dalam perencanaan untuk dibukukan : Berkas berkas naskah kumpulan esai seni budaya, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, Nota Puitika (sebanyak 700-an) dan lain sebagainya lagi.
SEGERA TERBIT:
(1).Kumpulan 30 Cerpen A.Kohar Ibrahim: “Seusai Badai & Korban”.
(2).Kumpulan 40 Esai Sastra: “CdB Dari Bum Pijakan Kaum Eksil.”
Penerbit: Titik Cahaya Elka, Batam Kepri. Editor: Lisya Anggraini.
Catatan : Nama asli, alias dan samaran. Sejak mulai melakukan kegiatan tulis menulis medio tahun 50-an, sebagai tanda-tangan digunakan nama asli A.Kohar Ibrahim atau lengkapnya : Abdul Kohar Ibrahim. Tanda-tangan untuk semua karya lukis : Abe. Sedangkan nama samaran atau pen-name : Aki, A. Brata Esa, Rahayati, Bande Bandega, DT atau Dipa Tanaera (Dipa Tanahaer Rakyat).