Kolom John Kuan

☉立冬
——— air jadi es; tanah membeku; ayam pegar masuk air jadi lokan.
Sepotong lorong sempit tepat di depan jendela. Hujan sedang membasuh ke dua tembok yang mengapitnya. Uap air dan cahaya petang mengisi sepanjang lorong, saya melihat sepasang kaki jenjang di bawah payung merah sedang terapung di tengah lorong. Petang Hangzhou, akhir musim gugur, gambar ini begitu akrab, saya pasti pernah mengenalnya. Sepuluh tahun lalu, dua puluh tahun lalu? Saya di dalam kamar yang nyaman dan hangat terus membaca dia yang basah kuyup mengalir ke ujung lorong, hilang bersama uap air dan rabun senja. Setelah menuang secangkir teh saya kembali berdiri di mulut jendela, berusaha keras ingin membuktikan kepada malam Hangzhou yang baru melangkah masuk bahwa kami memang pernah saling kenal. Mungkin setengah jam demikian berlalu, membuka gumpalan awan, menyibak tirai hujan, menerobos pancaran cahaya matahari, akhirnya saya sampai di suatu petang 1927 yang muram. Suatu petang milik Dai Wangshu:
Lorong Hujan
Dengan sepucuk payung kertas,
limbung sendiri pada sepi
dan panjang lorong hujan,
aku ingin bertemu dia
bagai bunga lilac memendam
sedih dan kesal, seorang gadis
serupa warna bunga lilac
serupa wangi bunga lilac
serupa risau bunga lilac
pilu lara di tengah hujan
melankoli juga gelisah
Dia bingung di sepi lorong hujan
dengan sepucuk payung kertas
serupa aku ini,
serupa aku ini sedang
diam-diam mondar-mandir
menyendiri, senyap, juga melankoli
Tanpa kata dia perlahan mendekat
kian dekat, lalu melempar
sorot mata bagai keluhan,
dia melayang lewat
seolah mimpi
pedih dan kabur seolah mimpi.
Bagai melayang lewat sekuntum
bunga lilac di tengah mimpi,
gadis yang melayang lewat di sisiku;
dia senyap menjauh, telah menjauh
sampai di tembok reruntuhan
melangkah habis lorong hujan
Warnanya pupus
wanginya lenyap
di dalam nyanyian pilu hujan
telah pupus lenyap, bahkan
sorot mata seolah keluhan itu
serupa melankoli bunga lilac.
Dengan sepucuk payung kertas
limbung sendiri pada sepi
dan panjang lorong hujan
aku ingin dia melayang lewat
gadis serupa bunga lilac
pendam sedih dan kesal
雨巷
撑着油纸伞,独自
彷徨在悠长、
悠长 又寂寥的雨巷,
我希望逢着
一个丁香一样的
结着愁怨的姑娘。
她是有
丁香一样的颜色,
丁香一样的芬芳,
丁香一样的忧愁,
在雨中哀怨,
哀怨又彷徨。
她彷徨在这寂寥的雨巷,
撑着油纸伞
像我一样,
像我一样地
默默彳亍着,
冷漠、凄清,又惆怅。
她静默地走近
走近,又投出
太息一般的眼光,
她飘过
像梦一般的,
像梦一般的凄婉迷茫。
像梦中飘过
一枝丁香的,
我身旁飘过这女郎;
她静默地远了,远了,
到了颓圮的篱墙,
走尽这雨巷。
在雨的哀曲里,
消了她的颜色,
散了她的芬芳
消散了,甚至她的
太息般的眼光,
丁香般的惆怅。
撑着油纸伞,独自
彷徨在悠长、悠长
又寂寥的雨巷,
我希望飘过 一
个丁香一样的
结着愁怨的姑娘。