Cerita Bersambung Martin Siregar
Bagian 14

Pukulan berat yang menimpa Susanti tidak boleh berlama-lama hinggap di hati sanubarinya. Semua pihak pasti merasakan pukulan hidup yang dirasakan Susanti atas kematian kawan dekat dan kekasih tercinta. Tapi, adalah sebuah kedunguan seorang manusia apabila tak segera bangkit dan kembali bergerak maju menantang kehidupan ini. Susanti sudah bangkit melalui sikap semakin menyerahkan kehidupan ini dan lebih banyak main ke sekretariat FDP. Untuk tekun bekerja memahami sekaligus melaksanakan program FDP. Bersama Ningsih mereka mulai asyik dengan penyempurnaan inventaris dan dokumentasi kesekretariatan FDP. Beberapa catatan-catatan kecil yang akan diolah almarhum Tigor, sebenarnya belum layak didokumentasi. Sengaja dibawa Susanti ke rumahnya untuk dipelajari dan dilengkapi dengan seksama. Susanti berkeras hati akan melanjutkan karya Tigor bersama kelompok tani yang sudah terbentuk.
Dan, hampir seluruh buku koleksi almarhun Mikail Pratama diserahkan ibu ke secretariat.
“Lebih baik seluruh peninggalan Mikail digotong ke sekretariat Lebih baik ibu tak melihat segala peninggalan Mikail. Nanti, kalau lihat harta benda Mikail, saya bisa nangis sendiri.” Begitulah ucap ibu di hadapan Susanti dan Ningsih. Susanti tunduk menangis mendengar ibu berkata begitu. Hanya tinggal tunggu waktu saja, ibu yang di hadapannya akan menjadi ibu mertua. Semua rencana bersama Mikail sudah tak mungkin diwujudnyatakan.
DR Pardomuan hampir stroke akibat kematian orang yang dikasihinya: Tigor dan Mikail. Beliau baru 3 hari yang lalu keluar dari rumah sakit. Dan, belum diperkenankan melakukan kegiatan di sekretariat. Sepanjang hari berada di kamar dan hanya untuk makan siang dan malam, dengan agak dipapah Arben Rizaldi, DR Pardomuan berjalan ke meja makan keluarga. Sangat terpukul DR Pardomuan. Sedangkan Mukurata kembali pulang ke negaranya setelah mengantarkan DR Pardomuan kembali dari rumah sakit.
Arman dan Ucok belum juga berhasrat ke lapangan. Mereka habiskan waktu bermalam di sekretariat mengenang perjalanan program yang baru berjalan 1 tahun. Sesekali Muslimin datang ke sekretariat meramaikan suasana pembicaraan. Jiwa sekretariat FDP terasa sangat lesu. Tak nampak kegiatan yang progresif dalam seminggu kematian Tigor dan Mikail. Niat DR Tumpak Parningotan untuk pindah memboyong seluruh anggota keluarganya dari Kepriano gagal terlaksana. Istrinya sangat keberatan DR Parningotan terlibat sepenuh hati dalam program FDP.
Dua minggu lagi motor yang dibawa oleh Tigor dan Mikail akan keluar dari bengkel. Walaupun dengan biaya tinggi, motor sudah dapat dipergunakan seperti sedia kala. Muslimin diserahi tugas untuk mengurus motor itu.
Satu komentar pada “Torsa Sian Tano Rilmafrid* #14”