Flash Fiction Martin Siregar

Kapasitas personal Kantril memang luar biasa, walau drop out di semester IV dari fisipol. Tapi kecintaan mengorganeser masyarakt dan mengkaji ilmu pengetahuan secara mendalam tak bisa dihempang. Negara sangat memperhitungkan kapasitas Kantril sebagai tokoh gerakan sipil. Beberapa kasus perampasan tanah rakyat berhasil digagalkan Kantril. Argumentasinya jika berhadapan dengan intelektual genit tak diragukan. Terseok seok orang perguruan tinggi yang memihak neo libs jika berjumpa dengannya.
“Aku tidak siap kecewa dan tidak siap dikhianati”. Kedua karakter busuk tersebut sangat mewarnai gerakan sipil di Indonesia. Inilah alasan Kantril keluar dari gerombolan gerakan sipil. Dengan modal kecil Kantril membuka toko kelontong di pinggir kota. Tidak mau lagi jumpa dengan kawan kawan gerakan karena terlalu sibuk mengurus toko kelontongnya. Secara berlahan menabung, hingga pada akhirnya naik ke pelaminan tanggal 10 november tahun 2000, tanpa sepengetahuan orang tua. Hidup sederhana berjuang mempertahankan eksistensi toko kelontong supaya tak bisa diusir oleh modernisasi.
Untung istrinya sangat memahami keberadaan Kantril. Tari sang istri selalu membahagiakan Kantril sambil gigih mencurahkan tenga mengurus keluarga. Anak sulung mereka Taring sudah kelas III SD karakternya tak banyak beda dengan sang ayah. Mengorganeser kawan kawannya menyelenggarakan kompetisi sepak bola kaki ayam. Hal ini membuat Kantril bangga, walau sering mengeluh bahwa:”Jiwaku sudah lelah menghadapi hidup ini”.
“Bang Kantril, aku sedang suntuk”. Abang ada dirumah, aku mau main ke rumah abang” : Payman telepon Bang Kantril siang itu. “Oke…datanglah kau”. Bawa ganja dan Jhoni Walker ya..”: Direspon Kantril penuh sukacita. Hua…ha….ha…Kawanku Payman akan menghapus dahaga jiwaku nanti malam Hua….ha….ha…Kantril sangat bahagia.
Sehabis magrib Tari sediakan meja kecil beserta 2 kursi di depan toko kelontong yang sudah tutup. Kantril terharu, dibelai belainya pundak Tari dan diciumnya kedua pipi istri tercinta. “Bapak jangan mabok lagi ya…. Wajah Taring keriting melihat persiapan yang dilakukan ibunya. “Tenanglah kau Taring, Om Payman hanya ngajak bapak ngobrol soal perkembangan politik.
“Kenapa kau suntuk Payman…”. Payman duduk kemudian meletakan botol sakti diatas meja disamping 2 gelas yang sudah tersedia.”Naskah bukuku sudah tuntas, Susan pacarku orang italia bersedia membiayai penerbitan.”Tapi dia bilang, siap launching kami bulanan madu ke Brazil dan menetap di Italia. Tak usah lagi kita injak negara yang dipimpin para bangsat. Kantril bingung kenapa Payman menolak hidup indah yang ditawarkan pacarnya.”Untuk apa kau menetap di Indonesia kalau ada kesempatan hidup sejahtra di Italia ?.Heran aku, mata Kantril melotot setelah menghisap rokok yang sudah diisi ganja.”Ah !!!…Sudahlah, minumlah abang” Payman nampak tak mau melanjutkan cerita.
Isap ganja makin nikmat mata Kantril sayu sudah merah. “Sedap ganja kau ini Payman Hua…ha…ha… Belakangan ini aku sering berangan angan. Mendadak dapat duit puluhan milyard. Toko kelontong ini kukasih sama keluarga yang hidup sengsara. Aku bikin rumah besar, ada kamar khusus untuk aku. Dikamar itulah aku hidup sepanjang hari. Sudah jijik aku berinteraksi dengan banyak orang. Aku mau menikmati hidup tanpa berkomunikasi dengan orang lain. Dari hari senin sampai kamis setiap jam 6 pagi aku berenang dengan standrad latihan atlit renang. Setelah sarapan pagi habiskan waktu tuk baca tulis di kamar. Sore aku latihan phisik pakai barbel. Malamnya latihan pernafasan dan meditasi sampai tertidur. Hari jumat sampai minggu aku jalan sendiri naik sepeda kuno ke pinggir kota. Cari inspirasi sekaligus rekam realitas sosial manusia sengsara yang ditindas negara.”Yah,…Selalu sendiri di tengah hiruk pikuk tatanan sosial yang sudah hancur. Intens menata keluarga sekaligus memonitor dinamika perkembangan Taring menjelang dewasa. Ah !!! Betapa indahnya. Kecintaanku adalah menjaga kebugaran tubuh phisik dan tubuh nonphisik sepanjang hdup ini. Hua…ha…ha….Taring tertawa lepas.
Kantril berdiri mau kencing ke dalam rumah. Pas !! melangkah Kantril jatuh tersungkur muntah sudah terlalu banyak ngisap ganja campur jhoni walker. Setengah sadar Payman penuh kasih menuntun Kantril untuk duduk kembali. “Nanti kita bersihkan muntah ini ya… Supaya aku tak dimarahi Taring.
Payman dan Kantril duduk termenung, sudah agak mabok, hanyut dengan pikirannya masing masing.
Satu komentar pada “Kantril Mengisap Ganja”