Arsip Tag: Sonny H. Sayangbati

Empat Puisi dari Antologi Puisi Cinta, Rindu dan Kematian

Puisi Sonny H. Sayangbati

#1 Perjamuan Malam Tuan

Orang yang lanjut usia itu menatap ke lautan yang bergelora, bumi semakin gelisah dan sebentar lagi Penguasa Langit akan memerintah bumi ini, dengan kuda perangnya akan binasakan kerajaan bumi, si Ular Tua yang berzina dengan segala makhluk akan gemetar.

Sebentar lagi Malam Perjamuan Tuan akan disiapkan, barangsiapa yang menjadi bagian darinya akan memakan roti tak beragi dan meminum anggur, sebagai lambang simbolik, ya sebentar lagi bumi akan memuntahkan makanan bergizi ke dalam laut.

Hai orang-orang yang di bumi dengarkan, sampaikan kapan kamu sekalian berzina dengan sundal Babel Besar itu, enyahlah dari hadapanku kamu sekalian penumpah darah, palingkanlah matamu kepada keselamatan Yang Maha Tinggi.

#2 Aku Berhenti

Serdadu tua dengan perjalanan jauhnya, berkuda seperti Don Qisot, dengan pakaian logam yang penyok di sana-sini, sehabis bertempur, meninggalkan gelanggang medan laga, dengan kesedihan yang pilu wajahnya tertunduk, dia telah banyak membunuh serdadu lawan dengan kejam, dengan pedang tajam yang haus darah.

Sesampainya di benteng kota, dia disambut oleh raja yang mengelu-elukan dirinya: ‘Pahlawan besar sudah datang, mari kita berpestapora untuk kemenangan ini, sahur raja penuh sukacita, semua rakyat berkumpul di alun-alun kota berbenteng itu, tak satu pun senyum di raut wajah serdadu tua namun kekar, dialah sang jendral perang yang lihai

Di hadapan sang raja dan pembesar kerajaan, sang jendral berkata: “Aku lelah, beri aku minum, dan beri juga kudaku makan dan air, ada yang ingin kukatakan, aku berhenti jadi panglima perang.” Darah di mana-mana.

#3 Aku Ingin Jadi Raja

Aku ingin jadi raja
memerintah dengan bijaksana
seperti raja Sulaiman
yang memiliki hikmat setinggi langit
bisakah aku?

Zaman dahulu raja diangkat dan
ditasbihkan oleh Allah,
sekarang raja dipilih oleh rakyat,
melalui yang namanya kendaraan politik
karena suara rakyat adalah suara Allah
sama maknanya bukan?

Siapa sesungguhnya rajaku sebenarnya?

#4 Laskar Puisi

Puisiku berbaris seperti tentara
huruf-hurufnya tersusun teratur dan disiplin
serta patuh kaidah-kaidah moral yang tinggi
siap membela yang lemah
yang miskin dan teraniaya
dia menyanjung nilai kemanusiaan
cinta damai dan respek akan kehidupan
dia bersahabat karib dengan pena dan kertas
dia musuh kebencian dan politik
si lalim pasti menindasnya
dia tidak perduli kemarahan
baginya dia berdiri di kakinya sendiri
dia hanya bisa satu bahasa karena
dia benci bahasa lain,
bahasa lalim
dia bersahabat dekat dengan pilu

antologi-puisi-cinta

4 (empat) puisi yang merupakan bagian dari antologi puisi, buku ini merupakan yang kedua dari buku antologi puisi di group puisi Coretan Dinding Kita, dan merupakan buku keempat antologi puisi Sonny H. Sayangbati tahun 2013

Kenangan dan Masa Depan Itu Satu

Puisi Sonny H. Sayangbati

kenangan-masa-depan
sumber foto dari facebook

Kenangan yang jauh ke belakang, seperti membuka lembaran buku bergambar yang bercerita: runtun, runut. Pikiran dan perasaan jauh melambung ke masa silam yang tak bisa diulang. Aku melihat matamu, tanganmu, rambutmu, pinggulmu waktu berjalan, semuanya terlihat jelas, seperti aku tak bisa menghindar dari tubuhmu setiap saat.

Keintiman bukan hanya tubuh tapi jiwa, oleh sebab berjiwa aku melihat kehidupan dalam tubuhmu. Masa adalah jarak yang menakutkan bagiku, sebab aku mengejar keabadian tanpa lelah oleh waktu sesaat dan tua dan kematian. Aku ingin hidup berjiwa yang abadi.

Sebab itu kenangan akan kuulang lagi, kenangan bagiku adalah impian yang akan kucoba kembali, seperti masa muda aku akan kembali pada kekuatanku, kepada membaranya cintaku yang takkan padam, seperti api dalam kawah gunung

Engkau yang pemuja janganlah berhenti dan menghapus kasih yang menyala-nyala, ia seperti kekuatan masa muda, ia akan terus ada dan ada, takkan binasa.

Apabila engkau membaca seluruh kitab para nabi, engkau akan tahu bahwa cinta takkan binasa, dan ingatan masa lalulumu diperbaharui oleh bunga-bunga setaman dalam Firdaus Bumi yang indah, untuk pertama yang seribu tahun, selanjutnya sampai engkau tak mampu lagi menghitung hari-harimu lagi.

12-12-2013
Sonny H. Sayangbati

Mengenal Puisi-Puisi Sufi yang Menenangkan Jiwa dan Universal

Gerundelan Sonny H. Sayangbati

Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu. Dan “ Penglihatan Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku. – (Rumi – Blog Sastra Indonesia)

Puisi-puisi sufi banyak diperkenalkan oleh para penyair Arab dan Persia sebagai salah satu cara melestarikan nilai-nilai keagamaan atau ajaran-ajaran dalam kitab suci mereka. Para penyair sufi berupaya menulis dengan nilai-nilai luhur atau menggunakan pendekatan yang dinamakan : ” Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi).” – Wikipedia Indonesia.

Pendekatan yang lain mengatakan bahwa : “Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata “Sufi”. Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.” – (Wikipedia Indonesia).

Di Indonesia yang saya tahu dan baca buku-buku puisinya tokoh penyair sufi atau pun puisi-puisinya banyak mengulas masalah-masalah sufi dan maknanya adalah : Abdul Hadi WM, Sutardji Colzoum Bachri, Martha Sinaga (Martha Poem), Dhenok Kristianti, juga ada yang mengatakan bahwa Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo dan Remy Sylado (tokoh mbling), dan mungkin banyak yang lain yang belum dipublikasikan dan tidak diketahui, ini pendapat pribadi saya membaca karya-karya puisi mereka yang seringkali memiliki nilai-nilai religi, walaupun saya tahu ada perbedaan antara puisi sufi dan puisi religi menurut beberapa pakar puisi, namun bagi saya perbedaannya sangat tipis sekali.

Tokoh penulis puisi-puisi sufi dunia seperti yang sering disebutkan dalam media dan buku : Jalaluddin Rumi, Ibnu Arabi, Abunawas, Rabiah Al-Adawiyah, Hasan al-Bashr, Malik bin Dinar, Ma’ruf al-Kharkhi, Fudhayl ibn ‘ Iyadh dan banyak lagi yang lainnya yang dicatat.

Sebenarnya masyarakat puisi belum terinformasikan dengan baik mengenai berbagai macam karya puisi-puisi ini, sepenuhnya kita tergantung dengan buku-buku terjemahan baik terjemahan dalam bahasa Inggris atau pun terjemahan dengan menggunakan bahasa yang lain, umumnya para sarjana Barat sangat menaruh minat yang besar sekali terhadap tulisan-tulisan puisi sufi ini dan merekalah yang paling pertama menggali tulisan-tulisan puisi ini untuk menambah kekayaan ilmu puisi sufi mereka, dan kita masyarakat puisi di Indonesia hanya menunggu terbitan penerjemahannya saja dan buku-buku ini boleh di kata sangat langka baik diperpustakaan maupun di toko-toko buku komersial lainnya, ironis sekali.

Buku-buku puisi sufi sungguh sangat bernilai sekali untuk masyarakat yang pluralisme, beragam kebudayaan dan agama, seharusnya tokoh-tokoh pemerintah dalam sastra menuruh minat besar terhadap karya-karya seperti ini dan ini sesungguhnya mengajarkan nilai-nilai moral yang luhur bagi generasi ke generasi lainnya dan juga sebagai jejak rekaman peristiwa, sungguh sayang sekali buku-buku semacam ini dikalahkan oleh buku-buku yang lainnya.

Saya mengamati, bahwa salah satu kelemahan khususnya juga bagi para ahli sastra dan puisi, mereka kesulitan dalam memperoleh sumber, kesulitan dalam mencari penerjemah sastra yang baik serta mungkin masalah dana dan kesulitan-kesulitan teknis lainnya. Saya berharap bahwa kepada para sastrawan dan tokoh-tokoh yang berwenang bisa mendatangkan karya-karya sastra terjemahan ke dalam khasanah kesuasteraan kita di tanah air, suatu hari kelak !

Mungkin karena di Indonesia memiliki banyak penulis puisi sufi, makanya mereka ingin menjadi tuan di negeri sendiri, iya itu sesuatu yang sangat positif, hanya saja puisi sufi belum populer di Indonesia, seandainya pun banyak dibahas hanya sebatas komunitas, dan mari kita menikmati hidangan rohani dari salah satu penyair religius ini, Abdul Hadi WM dalam blog pribadinya Kampung Puisi :

RAMA-RAMA

rama-rama, aku ingin rasamu yang hangat

meraba cahaya

terbanglah jangan ke bunga, tapi ke laut

menjelmalah kembang di karang

rama-rama, aku ingin rasamu yang hangat

di rambutmu jari-jari matahari yang dingin

kadang mengembuni mata, kadang pikiran

melimpahinya dengan salju dan hutan yang lebat

1974

Sebuah puisi yang indah dan bermakna religius, sejuk di hati, saya menganggap ini puisi bermakna sufi atau religi, mendambakan kehangatan cahaya dan kesejukan embun, bukankah kata-kata ini banyak digunakan untuk sesuatu yang religi ?

Menurut hemat saya siapa pun penyairnya bisa menulis puisi sufi atau bermakna religi ini, tidak terkecuali penyair dari Kalimantan Barat ini, Saifun Arif Kojeh (nama penanya) sedangkan nama aslinya Raden Sarifudin, puisinya menurut saya memiliki makna yang religius, dan dia menulis dengan indahnya dalam buku antologi puisinya : Sembahyang Puisi Menerjemahkan Rindu, h. 13

Sembahyang Puisi

Beduk menabuh di subuh kala

Menalu-nalu jantung kerinduan

Menyegerakan sembayang puisi-puisi terbuai

Menemui dan mencumbui kekasihnya

Dikerelungan yang syahdu ini

Dia mengharu biru dalam munazatnya

“Akulah pecinta dan yang dicinta”

Puisi ini menyejukkan hati, seperti kita ketahui seorang Muslim merupakan kewajiban baginya untuk sembahyang subuh, dan bagi pemeluk agama lain bangun pagi subuh juga merupakan pendekatan yang menyegarkan apabila kita khusuk berdoa dalam keadaan yang segar baik tubuh dan hati yang terdalam, pada saat-saat seperti ini jiwa manusia akan berkomunikasi dengan syahdunya antara pecinta dan yang dicinta.

Kata ‘kekasih’ dan ‘rindu’, seringkali digunakan dalam memaknai sebuah arti dalam puisi sufi dan religi ini, umum diketahui kata-kata ini memiliki arti tersendiri yaitu memaknai : Tuhan atau Allah, saya memaknai puisi Saifun Arif Kojeh ini sebagai puisi sufi dan puisi ini sungguh indah dan puitis :

Bila kutahu

Bahasa air yang mengalir ke muara

Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan

Rindu ingin terbang seperti burung merpati

Dengan kesetiaannya

Mengantarkan amanat pengirimnya

Kepada orang yang ditujunya

Rindunya Leuser mengarungi laut lepas

menemui bidadari di ujung pulau impian itu

Menantang ombak dan badai yang mengganas

Untuk sampai di sana

Berbagai perasaan yang telah melepas sauh di hati

Bila kutahu

Bahasa bintang menerangi malam

Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan

(Sembahyang Puisi Menerjemahkan Rindu, Saifun Arif Kojeh, Cover belakang buku)

Sesungguhnya syair-syair dalam puisi sufi itu memiliki nilai keabadiaan, ia sangat dekat dengan ‘Kekasih’, karena Allah adalah Kasih, ia mengasihi manusia tanpa batas dan kasihNya sangat ‘bermartabat’ dan ‘murni’ serta ‘universal’, mengapa demikian ?

Penyair Martha Sinaga (Martha Poem) menulis puisi singkatnya yang religius dalam bukunya : “Kumpulan Seribu Puisi”, h. 30. Ia menulis :

Ayat-Ayat Kekal

Semua ada

Lengkap

Runtun

Ajaib

Mujizat

Pengisi Iman

Kekal

Banyak penyair sufi dan religi beranggapan bahwa nilai-nilai rohani ini membawa manusia kepada sebuah kehidupan yang lebih baik, sebuah kehidupan yang sangat didambakan seluruh umat manusia yaitu kehidupan abadi, sesuatu yang kekal dan tidak binasa, begitupun dengan nilai-nilainya, mungkin juga sebuah puisi akan dibacakan di taman firdaus sebagai pembuka bagi para manusia yang mendapatkan kehormatan untuk hidup abadi di sana.

Banyak sahabat-sahabat penyair yang suka menulis puisi-puisi jenis sufi ini dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

MUNAJAT

wahai pemutus tali pusatku, hingga pisah dengan ketuban pahit. ajari aku faham jeriji hidup

di tajamnya kerikil singgahan dan simpang terlewati. tak keliru tafsir perhentian itu

biar dada teguh mengemudi beban dengan roda ganjil. di simpang-siur pertemukan bukan benang kusut

duhai penghulur rahmat. kolong ranah liar meriak. lubang-lubang pecah berserak bertubi-tumbang; aku terambing di bebatuan serpih antara duri-duri

duhai yang Maha. kentali dadaku dengan kasih.

Januari, 2013

(Kameelia, Bintang Kartika, penyair wanita Malaysia)

Artikel Terkait:

Puisi 2 Koma Tujuh, Sebuah Fenomena

Puisi-puisi Sonny H. Sayangbati

Apa Kata Pendukung Petisi Pembubaran Kementiran Agama?

Puisi 2 Koma Tujuh, Sebuah Fenomena

Gerundelan Sonny H. Sayangbati

2 koma tujuh
Gambar diambil dari grup puisi 2 koma tujuh

Tentang Payung

Jika dukamu adalah hujan

Payung itu aku

 

Mencintaimu

Kubiarkan mataku menggali kubur

Dengan huruf huruf

 

Sumber : Koleksi Puisi-Puisi Imron Tohari [@ Lifespirit) Imron Tohari (Catatan Pribadi) Facebook]

Menurut kamus populer (ensiklopedia) kata ‘fenomena’ (1) diambil dari bahasa Yunani ‘phainomenon’ yang artinya apa yang terlihat, menurut arti kata turunannya (adjektif) berarti : ‘sesuatu yang luar biasa’. Di mana luar biasanya puisi 2 koma 7 ini?

Saya pribadi mengagumi puisi ini, baik secara filosofi, estetika dan lain sebagainya, khususnya dari dua sudut pandang. Puisi ini mengagumkan, sejak pertama saya mengenalnya, bahasanya padat sekali dan kata-kata harus dibangun dengan teknik ‘bahasa tinggi’, bahasa filosofis, memiliki metafora yang unik, dibangun dengan susunan kata-kata yang indah, coba perhatikan dengan saksama puisi-puisi di atas tersebut.

Antara judul dan tubuh puisi, berkesinambungan dan serasi sekali, itulah sebabnya tidak mudah untuk menulis puisi jenis ini, namun mudah bagi seseorang yang mencintai dan mendalami puisi ini. Tentu saja secara teknik kita harus menguasainya terlebih dahulu.

Dalam hal ini secara tehnik atau teknis penulisan saya tidak membicarakan ini, dan sebaiknya Anda dianjurkan untuk memperhatikan dan mempelajari puisi 2 koma tujuh ini secara lebih mendalam.

Diluncurkannya Buku Puisi 2 Koma 7 Baru-Baru Ini

Buku di atas akan segera terbit dalam waktu dekat dengan sampul cover depan seperti tertera dalam gambar di atas. Dan ini merupakan sejarah bagi puisi 2 koma 7 yang akan ikut serta dalam meramaikan khasanah perpuisian di tanah air, dan ini merupakan karya dari penemu, penggagas, anggota dan simpatisan yang bergelut dalam fenomena puisi 2 koma 7 ini. Secara pribadi saya menyambut hal ini dengan hangat dan gegap gempita. Saya menulis bukan berdasarkan atas pesanan atau ingin sesuatu yang sensasi biasa. Semata-mata karena saya menyukai dan mengagumi, walaupun memang saya kenal penemu dan penggagasnya serta sahabat-sahabat simpatisan puisi 2 koma tujuh ini.

Sejak saya mengenal puisi 2 koma 7 ini sekitar bulan Desember 2012 di group puisi Bengkel Puisi Swadaya Mandiri asuhan penyair Prof. Dimas Arikha Mihardja (Nama Pena), saya mencoba menulis beberapa puisi jenis ini dan berhasil diapresiasi oleh creator dan admin group tersebut, dan inilah puisi yang pertama saya buat di group tersebut :

Nostalgia

jika kali ciliwung meluap,

kuingat rumahku, tenggelam

Puisi ini akan selalu saya kenang dan memang puisi ini sebuah nostalgia yang merupakan kenangan saya seumur hidup berdasarkan kisah nyata, sewaktu sungai Ciliwung meluap maka rumah-rumah di bantaran kali Ciliwung akan tenggelam.

Boleh dikata banyak juga mungkin para penyair membuat sesuatu kerangka baru dalam pembuatan puisi, seperti halnya puisi-puisi lama dan kontemporer : soneta, haiku, mbeling, stanza dan lain sebagainya dan ada yang jenis baru di laman media sosial facebook seperti puisi 517 di Ekspresi Seni yang diperkenalkan oleh Syafrein Effendi Usman.

Puisi 2 koma 7 menurut saya lebih fenomenal atau luar biasa, dan mungkin prediksi ke depan puisi model ini akan lebih banyak lagi penikmatnya, walaupun kelihatannya sederhana namun memiliki daya pikat tersendiri. Sama halnya puisi Haiku sangat terkenal dan disukai banyak kalangan penyair-penyair di Malaysia saat ini.

Kita harapkan puisi 2 koma 7 ini menjadi setidak-tidaknya tuan di negeri sendiri, dan bisa jadi sama halnya dengan seni-seni tradisional lainnya di Indonesia yang populer di negara-negara lain.

Puisi 2 koma 7 memang baru dikenal dikalangan terbatas saja, khususnya dalam dunia sastracyber atau cybersastra, namun jangan dikira penggemarnya dari kalangan penyair biasa, penyair-penyair akademik maupun penyair-penyair yang memang memiliki bakat tradisional dari lahir juga banyak yang menyukainya.

Tantangan Ke Depan Bagi Puisi 2 Koma 7

Secara tradisi puisi memang dibangun dalam komunitas seni atau hidup secara mandiri di kelompoknya yaitu sanggar. Jika dahulu para anggota dalam sanggar saling bertemu muka dan bercengkerama, bergaul dengan hangat dan membuat acara atau pagelaran ataupun sayembara puisi, kini ada fenomena baru yaitu sanggar cybersastra atau group puisi di facebook, di mana para anggotanya memiliki jaringan yang luas dan tersebar lintas batas dan dari berbagai macam kelompok strata sosial bergaul dan saling memberikan gagasan serta karya-karya mereka dalam group.

Fungsi sanggar yang tradisional memang tidak tergantikan keakrabannya, dari segi kehangatan tentu berbeda antara sanggar dengan komunitas cybersastra semisal group puisi di Facebook, namun dari segi kualitas serta daya jangkau memang ini sebuah fenomena tersendiri.

Tidaklah heran puisi 2 koma 7 tumbuh subur karena hal ini, kemudahan jangkauan, fasilitas yang mudah dan cepat, banyaknya informasi, serta apresiasi yang cepat ditanggapi membuat puisi 2 koma 7 ini tumbuh pesat sekali, sekitar 1.300 orang yang terdaftar dalam group ini yang tersebar dalam jangkauan daerah yang luas sampai ke luar negeri.

Membuat buku adalah salah satu cara untuk melestarikan sebuah karya menuju keabadian. Ini adalah sebuah rekam peristiwa yang tercatat. Hal ini akan lebih mudah lagi jangkauannya dalam menyebarkan atau mempopulerkan karya puisi atau gagasan baru, seperti halnya Remy Sylado dalam memperkenalkan puisi Mbelingnya di majalah Aktuil serta buku-buku puisinya ‘Mbeling’.

Dengan beredarnya puisi 2 koma 7 ini tentu akan direspon oleh para pembaca dari berbagai kalangan, dan interaksi tentu akan terjadi dan kita tidak tahu bagaimana interaksi ini disambut di kalangan masyarakat puisi di Indonesia, baik yang bersikap menerima dengan aktif, biasa-biasa saja atau kalangan sastra yang kritis. Ini merupakan ujian bagi puisi 2 koma 7, kita semua mengharapkan umpan balik itu, apa pun hasilnya.

Pertumbuhan dan perkembangan puisi 2 koma 7 ke depan bukan semata-mata tergantung dari para kritikus sastra semata, menurut hemat saya tergantung dari orang-orang yang memiliki dan mencintai serta meghargainya sebagai sebuah karya yang indah.

Kritikus sastra hanya sebagai medan uji atau secara akademik teori saja, namun yang penting adalah prakteknya, atau hasil mujarabnya bagaimana sebuah gagasan itu dicintai dan dinikmati.

Oleh sebab itu mari kita lihat bersama, bagaimana sebuah karya indah puisi 2 koma 7 ini direspon oleh masyarakat perpuisian di Indonesia, apakah ia memuisi atau tidak, Anda-lah yang tahu dan memilihnya.

JATUH CINTA

 Kulihat kupu-kupu di tanganmu

 Oh, kau memuisi

 (lifespirit, 1 Januari 2013)

KELUHAN CINTA

 Menatap selimut kesepian

Bersisian kabut adakah rindu?

 (lifespirit, 29 Januari 2013)

 Sebenarnya Hatiku yang Telah Kau Genggam

 (Puisi No. 1)

 Kau ada dalam gerabah,

setiap sentuhan tanganku

(Puisi No. 3)

Remaslah jari-jariku, genggamlah!

Milikmulah aku ini selamanya

Jakarta, 14/8/2013

*) Penulis kelahiran Jakarta, 14 Desember, tinggal di Jakarta, menyukai sastra, senang menulis puisi, prosa dan artikel mengenai sastra. Karyanya diterbitkan di beberapa media cetak dan media online seperti di : SKH Republika, SKH Mata Banua, Jurnal Kebudayaan Indoprogres, SKH Berita Minggu Singapura, SKH New Sabah Times, SKH Utusan Borneo, Kompas.com, Koran Atjeh Post, Koran Bogor, Jateng Times, Rima News, Radar Seni, RetakanKata, Jurnal Kebudayaan Tanggomo, Wawasan News, Angkringan News, Artadista.com, Majalah Sastra Digital Frasa, Majalah Review Malaysia, Ourvoice, Sastra Kobong.

Karya puisinya telah dibukukan dalam antologi bersama beberapa penyair manca negara : ‘Lentera Sastra’ diluncurkan pada tanggal 22 Juni 2013 di Kuala Lumpur bersama komunitas Puisikan Bait Kata Suara, ‘Manusia Dan Mata-Mata Tuhan’ bersama komunitas Coretan Dinding Kita, ‘Jendela Senja’ bersama komunitas Kabut Tipis, sedangkan buku Cinta Rindu Dan Kematian di komunitas Coretan Dinding Kita sedang dalam proses cetak.

Saat ini aktif menulis di sastra cyber (cybersastra) dan memiliki halaman puisi yang diberi nama : Info For Us by Sonny H. Sayangbati di media sosial Facebook, dan beberapa website sastra.

 Penulis bisa dihubungi di alamat email : sonny_sayangbati@yahoo.com dan sonny14sayangbati@gmail.com

Puisi-puisi Sonny H. Sayangbati

1). Surat Dari Rumah

Selembar surat yang tertulis dalam kertas putih, tertulis dengan tinta biru, ditulis olehmu dengan huruf miring, aku terima seminggu kemudian, saat aku di Pontianak

Dua kali kamu menulis surat rindumu, selanjutnya kita tenggelam dalam liku-liku kehidupan, surat itu tertulis dan tersimpan dalam sebuah kamus, sebuah buku bagian darimu, kukenang

2). Satu Pintu

Setiap hari aku melewatinya,
sebuah rumah tanpa jendela,
tanpa lubang agin,
hanya satu pintu,
seseorang keluar dan masuk

Puisi Kolaborasi Sonny H. Sayangbati dan Muhammad Rois Rinaldi

3). Jalan Seorang Lelaki

Seorang lelaki menentukan langkahnya,
memilih jalan yang harus ditempuh,
menuju cahaya terang,
tanpa mengeluh dan lelah,
karena cinta-Nya

4). Kekasihku

Dia seperti angin sepoi-sepoi,
meniup dalam bisikan rindu,
selalu manja,
wajahnya memandang rembulan,
di dada kekasih hati

5). Engkau Akan Tahu Birunya Laut (Stanza)

Menangislah dengan kencang kekasihku,
deras air matamu seperti sungai mengalir,
bilur-bilur lukamu akan sembuh,
kesedihan membuatmu setangguh batu karang,
janganlah berpaling lagi ke hulu sungai,
mengalirlah ke lautan maha luas,
engkau akan tahu birunya laut,
dan dalamnya cinta.

Biodata Singkat Penulis

Bekerja sebagai konsultan lubricant, tinggal di Jakarta, pendidikan Komunikasi Massa (S1), aktif menulis puisi di beberapa group puisi facebook, pages pribadi dan blog pribadi, puisi di terbitkan beberapa media online seperti : Kompas.com, Rima News.com, Atjeh Post.com, Lintas Gayo.com, Jurnal Kebudayaan Tenggoma, Our Voice LGBT.com

Sedangkan di media cetak : Berita Minggu Singapura, New Sabah Times dan Koran Republika

Sedang mempersiapkan buku puisi Antologi PBKS yang akan terbit bulan Juni 2013 dan Antologi 45 Penyair CDK yang akan terbit akhir bulan Maret 2013