Arsip Tag: siapa dirimu

Perempuan Bernama Nira

Oleh Binandar Dwi Setiawan

 

siapa dirimu
gambar diunduh dari bp.blogspot.com
Bintang malam ini belum cukup cemerlang untuk menerangkan kepadaku akan siapa dirimu. Kisah belum lagi berubah ketika pada titik ini aku tersentak, bahwa yang selama ini kau lakukan bukan hanya mengenalkan dirimu kepadaku, tetapi juga memaksaku untuk yakin bahwa setiap kepingan penyusun diriku tak lain dan tak bukan hanyalah kelemahan semata. Yang mendudukkan dengan jelas siapa yang dirimu, siapa yang diriku. Mungkin kau dapati aku kebingungan, saat kau tegaskan bahwa ke arah manapun aku melangkah hanyalah sekedar mendekatkan diri kepadamu, tetapi tidak. Sejatinya aku tak sedang kebingungan. Kau membuat dirimu tak bisa habis untuk kunikmati. Setiap aroma barumu mengalahkan ketakutan ketakutanku untuk maju. Sedangkan kudapati kau tak pernah lama, senantiasa baru, hanya kau yang benar benar selalu baru. Tidak ada yang lain. Memang tidak ada yang lain.
Perempuan bernama Nira. Aku tak sedang menggugat setiap keputusan yang kau ambil, adalah boleh bagimu untuk berbuat sekehendakmu, tetapi oleh hal itu adalah mungkin juga bagiku untuk tak setiap waktu bisa mengimbangi nada nadamu. Dan kau tahu sedang seperti apa aku sekarang ini. Tertunduk, tak ingin bersikap, apapun, kepadamu. Jarak yang kau ambil sekaligus yang kubiarkan terjadilah yang akhirnya membuatku memakai keberanianku, memasuki belantara ini. Keterlanjuran yang hebat. Kini tinggal aku dan diriku, sementara tak kutahu seberapa luas belantara ini, juga seberapa pantas kesiapanku menemukan ujung jalan keluarnya. Aku, hanya bagai maju menghadapi seribu musuh tanpa satu pun senjata yang kugenggam bahkan tak juga tahu apakah memang tersediakan untukku senjata. Kau andalkan keyakinanmu untuk menumbuhkan keyakinanku, bahwa aku tak bisa mati diakhiri oleh semua ini.
Nira, kapan aku sampai kepadamu. Aku juga menanyakan, apakah aku telah bergeser dari tempatku semula, lebih dekat kepadamu?. Atau hanya senantiasa membenarkan arah pandangku, agar tepat lurus langsung kepadamu. Iya, aku memang lebih dekat kepadamu, tetapi juga sekaligus kau lebih jauh kepadaku. Kau selalu mengejutkanku dengan kebiasaanmu memasuki ruangan yang kusangka tak pernah ada. Kita bergerak dengan kecepatan yang sama, setiap yang kumasuki adalah bekas keberadaanmu, dan kau pasti tahu benar sakitnya mencumbu itu semua. Kita dikenai oleh aturan hebat yang bahkan kau pun tak sanggup menghindar darinya, bahwa setiap cintaku kepadamu menguat, maka pada saat yang sama cintamu kepadaku jauh lebih kuat. Itulah yang menciptakan semuanya. Mereka, kejadian kejadian itu adalah anak anak kita, yang lahir oleh kita. Maka kita setiap saatnya selalu tertuntut untuk membahagiakan anak anak kita, meletakkan segalanya pada tempatnya masing masing. Keterlaluan, kita dikebiri oleh kebahagiaan yang memabukkan.
Nira, kapan kau ijinkan aku pulang. Untuk bermakan malam denganmu. Saja. Untuk mengetahui apa yang kau ketahui, untuk melihat apa yang kau lihat, untuk merasakan apa yang kau rasakan. Nira, aku tahu benar bahwa rindu ini sejatinya adalah kendaraku, tetapi kengerian yang ditimbulkan olehnya membuatku seakan akan merasakan rindu ini adalah kerandaku, dan aku bagai jasad yang diusungnya saja, yang tak berhak memilih akan dimana tempat pemberhentian, yang telah mati, kehilangan kemampuan untuk merasakan. Nira, jika sedetik saja kau takut suatu saat aku akan takut, maka perjalananku menujumu tak lagi hendak memberi bunga, tetapi menghunus pedang. Nira, aku menantangmu untuk melawan setiap ketakutanmu kehilangan diriku!