#1 Ingatan dalam Tanah
Siapa yang kuingat
saat ku terbaring sendiri
dalam galian lahat yang masih basah
Sisi-sisinya memenjarakanku
Gelap, sepi, terlalu sepi!
Ingin aku teriak
agar mereka tidak pergi
Memberiku bunga-bunga wangi
Menyirami teras rumahku ini dengan air
Mendendangkan ayat-ayat suci yang lama kucemooh
biar tidak sesepi ini
Temanku semua tuli
tak pernah menyahut panggilanku
Atau memang lidahku yang sudah tumpul
kawanku semua mematung
Saat aku coba mengelusnya
atau memang syarafku telah dimatikan
Hei, kau!
Apa yang kaulakukan di rumahku?
Jangan bercumbu di sini!
Pulang dan bawa pergi wanita yang melayanimu itu!
Tapi, sepertinya wanita itu,
wanita itu, aku!
Aku ingat, aku wanita jalang
Aku ingat tentang diriku sendiri
melayani pria-pria itu
Tapi apakah mereka mengingatku sekarang?
Tubuh molekku hanya berbungkus kain putih ini
Riasan wajahku hanya gumpalan kapas ini
Parfumku hanya pengharum kamper ini
Aku tinggal mayat
mayat wanita jalang yang dilupakan
Saat aku sendiri aku ingat,
aku ingat punya Tuhan
Semoga Tuhan mengingatku
#2 Yang di Sampingmu
Siapa yang berjalan di sampingmu?
Kutahu kau sendiri
Namun saat kulihat kau
di tengah persimpangan
Seseorang berjalan di sampingmu
Bahkan ku tak tahu
Apakah ia wanita atau pria
dengan bawaan di punggungnya
Tolong tanyakan padanya
Dia yang berjalan di sampingmu
Apa yang dibawa bersamanya
karena aku berharap itu kebenaran
dan maaf untukku.
Dhianita Kusuma Pertiwi, mahasiswi Universitas Negeri Malang.