Arsip Tag: bercumbu

Puisi-puisi Dhianita Kusuma Pertiwi

#1 Ingatan dalam Tanah

Siapa yang kuingat
saat ku terbaring sendiri
dalam galian lahat yang masih basah
Sisi-sisinya memenjarakanku
Gelap, sepi, terlalu sepi!
Ingin aku teriak
agar mereka tidak pergi
Memberiku bunga-bunga wangi
Menyirami teras rumahku ini dengan air
Mendendangkan ayat-ayat suci yang lama kucemooh
biar tidak sesepi ini

Temanku semua tuli
tak pernah menyahut panggilanku
Atau memang lidahku yang sudah tumpul
kawanku semua mematung
Saat aku coba mengelusnya
atau memang syarafku telah dimatikan

Hei, kau!
Apa yang kaulakukan di rumahku?
Jangan bercumbu di sini!
Pulang dan bawa pergi wanita yang melayanimu itu!
Tapi, sepertinya wanita itu,
wanita itu, aku!

Aku ingat, aku wanita jalang
Aku ingat tentang diriku sendiri
melayani pria-pria itu
Tapi apakah mereka mengingatku sekarang?
Tubuh molekku hanya berbungkus kain putih ini
Riasan wajahku hanya gumpalan kapas ini
Parfumku hanya pengharum kamper ini

Aku tinggal mayat
mayat wanita jalang yang dilupakan
Saat aku sendiri aku ingat,
aku ingat punya Tuhan
Semoga Tuhan mengingatku

puisi-puisi
gambar diunduh dari http://onlyblog.blog.tiscali.it

#2 Yang di Sampingmu

Siapa yang berjalan di sampingmu?
Kutahu kau sendiri
Namun saat kulihat kau
di tengah persimpangan
Seseorang  berjalan di sampingmu
Bahkan ku tak tahu
Apakah ia wanita atau pria
dengan bawaan di punggungnya

Tolong tanyakan padanya
Dia yang berjalan di sampingmu
Apa yang dibawa bersamanya
karena aku berharap itu kebenaran
dan maaf untukku.
 
 
Dhianita Kusuma Pertiwi, mahasiswi Universitas Negeri Malang.

Puisi-Puisi Komang Ayu

riak air
gambar diunduh dari lil4ngel5ing_files_wordpress_com
1# Manahku Menggema

Dalam riak air danau itu
Dalam harum mekar merah di taman
Dalam hatiku merasa
Dalam sukma kosong yang hampa
Kala meraung menjerit
Tapi kini kau
Memenuhi ether yang ada
Akasa dalam diri
Citta manahku menjejakimu
Menggaung dan menggema
Memukau
Indriaku tersenyum
Mengikat aku untukmu

2# Isakku Menggelut Malam

Daun-daun berguguran
Menemaniku dalam malam-malam yang berlapis
Suara jangkrik mengitariku
Kabut malam selalu menyelimuti bhatinku
Aku seorang diri
Menggigil di balik daun pintu yang melambai-lambai
Ternyata deru hatiku terhanyut
Tanpa menyesatkan diri dipikiranmu

3# Membusuk di Pantai Candidasa

Belaian udaramu, merapikan barisan rambutku yang pirang
Desir ombakmu serasa menghapus luka sukmaku
Mencium bibirmu serasa kau menarik pengkhianatan itu
Bercumbu dalam keindahanmu
Pantai Candidasa..
Ku tulis perih hatiku dalam lembaranmu
Sakit yang menusuk-nusukku
Dengan mematahkan sayap-sayapku
Dan ranting-ranting tubuhku
Aku menjelaskan padamu
Tapi segera kau menghapus lukaku dengan kesucianmu nan jernih
Melenyapkan duka
Pantai Candidasa
Mendesir desir
Getaran tanganmu mengusap tangisanku
Keperihan dan luka bhatinku
Dapatkah aku berjalan?
Di mana jalan terang yang harus ku pijaki?

Penulis adalah siswa SMA Negeri 2 Amlapura.