Puisi Paulus Catur Wibawa
Rahwana menundukkan kepala,
telah dicukurnya rambut dan bulu-bulu lembut pada dada perkasa
dipangkasnya pula semacam cinta
- yang menjalar dan menjulur di dinding hatinya yang luka
“kesepian dan kesedihan adalah milik manusia,
bahkan jika ia adalah penjahat yang tampak terasing dari air mata”
Maka digapainya pena dan ditulisnya untuk Rama,
Telah kucium harum rambut Shinta
tapi wanginya justru membakar Alengka—negeri
yang selama bertahun-tahun kubangun dalam mendung dan hujan tak reda-reda—
kini kukembalikan ia seutuhnya
dengan rambut panjang, leher jenjang
dan cintanya yang perawan
Kau telah menang
bahkan sebelum perang
Tapi aku pun punya kemenangan Yang kamu tak perlu paham, Selamat berjuang
Aku tiba-tiba rindu pada kematian
sesuatu yang pernah dengan keras kau perjuangkan
tapi tak pernah mampu kau dapatkan
Sampai aku mencair menjadi darah dan menyelusup di kaki pegunungan
tempat Hanuman bertapa, membaca dan menulis sajak cinta
