Puisi Ahmad Yulden Erwin
Di Portland yang dingin, sepasang gagak
menolak menjadi angin. Matamu tersedak
mencari langit yang lain. Fajar musim semi
mematuki embun di putih kuntum cherry.
Hitam paruh gagak mengepak ke batang
pohon oak. Kuning napas waktu merayap
di kerah jaketmu. Matamu telah terjepit
di ruang tunggu. Derit kereta menjemput
jerit gagak. Para penumpang menjemput
jerit yang lain, senyap yang lain. Tak ada
angin akan menjemput hitam sayap gagak
ke hijau bukit itu. Sebuah teluk terbentang
ke dalam matamu. Kausesap bau ombak
dengan kulitmu. Kautangkap jerit senyap
dengan bibirmu. Langit menjadi lidahmu.

*Perawi: orang yang menyampaikan kabar bahagia.