Misuh, kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia sama dengan mengumpat, yaitu mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar) sebagai pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel (KBBI). Kata-kata yang dikeluarkan disebut umpatan yang mana memiliki 12 padanan kata, yaitu bentakan, cacian, cercaan, dampratan, hardikan, hujatan, jerkah, makian, semburan, semprotan, sentakan dan sumpah serapah. Banyak juga ya turunan dari umpatan tersebut.
Banyaknya turunan tersebut tampaknya untuk memfasilitasi banyak ragam amarah yang berkecamuk di dada kaum misuh. Berikut ini beberapa contoh penggunaan umpatan disertai penjelasan kapan biasanya digunakan:
> Dasar anak tengik! (Ayah membentak sang anak ketika si kecil rindu diajak bermain sama bapaknya tapi malah dianggap mengganggu aktivitasnya yang sibuk dengan dunianya sendiri )
> Bisanya cuma mencaci tanpa solusi, dasar beo! (Orang yang mencaci ketika sedang lupa mencaci. Cacian deh lu!)
> Tulisan kayak gitu aja dibanggain, tulisan apaan tuh! (BlogWalker mencerca tulisan bloger lain yang laris manis dibaca. Sirik kali ya?)
> Menteri kok yang diurus cuma alat vital, apa nggak ada urusan lain! (Rakyat yang mencerca menteri, misal karena terpengaruh video ariel dkk).
> Dasar laki-laki brengsek lu! (Makian cewek yang tertipu cowok keren biasanya mendamprat seperti itu)
> Dasar anak tak tahu diri, minggat kau! (adegan menghardik di sinetron indonesia. Ngajarin misuh melulu nih sinetron!)
> Waduh, kok banyak sekali ya contoh umpatan. Kampret, sialan, kutu kupret. (ini contoh sumpah serapah karena ternyata contohnya bisa jadi sangat banyak dan bikin males kasih ilustrasi 😀 )
Ternyata berbagai ragam umpatan di bahasa Indonesia ini teramat banyak. Padanan kata umpatannya saja sampai dua belas. Contoh umpatannya bisa berlembar-lembar. Kalau kita baca koran atau media, rasa-rasanya hampir tiap hari berisi hujatan, cercaan dan makian. Bad news is good news jadi amunisi kritikus mencaci maki. Oh, ya, pernah juga anggota DPR misuh-misuh juga lho. Jangan-jangan kita ini turunan kaum misuh? Yo..mbuhlah…
Lawan dari sifat suka mengumpat adalah bersyukur. Bersyukur berarti berlega hati, berterima kasih kepada Allah karena suatu hal. Itu kata Kamus Besar Bahasa Indonesia lho. Ternyata bersyukur hanya punya dua padanan kata! Itu tadi, berlega hati dan berterima kasih. Ungkapan bersyukur paling banter “Alhamdulillah”, “Puji Tuhan”, Terima kasih”, (aduh, sialan kehabisan kata untuk bersyukur nih! Wah, saya sudah misuh lagi nih, hehehe).
Kalau di-othak-athik gathuk (direka-reka, dihubungkan) sepertinya kita menggunakan 12 kali mengumpat dan hanya dua kali bersyukur. Atau dengan kata lain ternyata bangsa ini lebih banyak memaki ketimbang bersyukur. Lebih sering mencerca daripada berterima kasih. Ah, jangan-jangan memang benar kalau kita ini turunan kaum misuh yang lebih suka misuh ketimbang bersyukur? Entahlah.