Oleh Sheikh Ali Gomaa, Mufti Besar Mesir
Alih Bahasa RetakanKata
Saya menerima surat dari seorang wanita muda Muslim -yang kepadanya saya ingin mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya untuk rasa ingin tahunya yang besar, ia ingin mengetahui pendapat agama jika seorang muslim seperti dirinya menghabiskan waktu bersama ibunya selama Natal. Dan saya mengagumi kebaikannya dalam menjaga hubungan baik dengan ibunya dan keinginannya untuk menunjukkan contoh yang sangat baik bagaimana Islam sebenarnya.
Saya tetap terkejut dengan pendapat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa orang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai orang berpengetahuan, yang menyamakan ‘menghabiskan waktu bersama non-muslim selama Natal dan sejenisnya’ adalah syirik atau suatu kemusyrikan! Pendapat ini lebih merupakan penyimpangan belaka dari ajaran otentik Islam yang benar, -baik secara tertulis maupun semangat (spirit).
Islam adalah agama rahmat dan itu adalah nilai yang mencakupi semua manusia terlepas dari perbedaan agama mereka, perbedaan budaya dan latar belakang etnis, bahkan mencakupi juga tanaman, hewan dan benda-benda. Dengan kata lain, konsep rahmat dalam Islam adalah melingkupi seluruh alam semesta, bukankah seperti itu yang dilakukan seorang ibu kandung?
Fakta dalam Al Quran menunjukkan bahwa Allah tidak sekedar mengijinkan kita menjaga hubungan baik dengan keluarga non-muslim, namun lebih dari itu, Al Quran mewajibkan seorang muslim untuk mematuhi apa yang jelas tertulis dalam Al Quran ketika Tuhan mengatakan, ” Tapi jika mereka (orang tua Anda) bertekad membuatmu menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak kamu ketahui, janganlah kamu mematuhi perintah mereka melainkan temanilah mereka di dunia ini dengan kebajikan sepatutnya dan ikutlah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku [ dalam pertobatan ] …” (?) 31:15[1]
Dalam ayat yang mulia ini, Allah memerintahkan kita untuk menjaga hubungan yang hangat dengan keluarga kita, -bahkan ketika mereka mengerahkan segala upaya dan tekanan pada kita untuk meninggalkan agama kita, sebagaimana kita menjaga hubungan hangat dengan mereka yang menunjukkan rasa hormat kepada pilihan agama kita dan mereka yang tidak menghina keyakinan kita dalam cara atau bentuk apapun; bukankah kita seharusnya lebih bergairah untuk menunjukkan kebaikan ekstrim kita dan menyelimuti mereka dengan rahmat melalui ucapan dan perbuatan kita sebagai wujud nyata bahwa Islam adalah segalanya?
Muslim mengungkapkan kasih kepada segenap ciptaan Tuhan sebagai tanda hormat kepada Yang Illahi dan Islam menempatkan pentingnya konsep moral yang tinggi dan membuat hubungan yang unik antara standar etika yang baik dengan iman dan keyakinan. Nabi (saw) mengatakan “Ia yang terdekat denganku di hari penghakiman adalah orang-orang yang memiliki moral tertinggi “. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk menunjukkan kebaikan kepada setiap orang dan memperlakukan mereka dengan rahmat dan cinta serta menahan diri dari tindakan diskriminasi terhadap mereka terlepas dari apapun agama mereka, latar belakang budaya atau sejenisnya .
Tidak ada halangan hukum untuk berpartisipasi dalam merayakan kelahiran Yesus (saw). Islam adalah sistem terbuka dan para pengikutnya percaya , menghargai dan menghormati semua nabi dan rasul, dan memperlakukan para pengikut agama-agama lain dengan kebaikan sesuai dengan kata-kata dari Tuhan Yang Maha Esa :
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka[2], dan katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri.” [ Al – ‘ Ankabut , 46 ][3]
Yesus putra Maryam, (saw ), adalah salah satu dari para nabi yang ditandai dengan tekad , resolusi dan kesabaran . Nabi Muhammad [saw] berkata : “Aku lebih berhak atas Yesus anak Mariam daripada siapa pun dalam kehidupan ini dan di akhirat, tidak ada nabi lain yang telah dikirim di antara kami. ” Setiap Muslim percaya bahwa Yesus adalah seorang nabi manusia yang melakukan mujizat yang besar , seperti menghidupkan kembali orang mati dan menyembuhkan orang sakit dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Ini bukan karena ia adalah seorang dewa atau anak Allah dalam arti fisik prokreasi – Allah lebih penting di atas itu. Merayakan hari kelahiran Yesus adalah tindakan keyakinan terlepas dari iman orang-orang Kristen dalam hal itu . Oleh karena itu , berpartisipasilah dalam perayaan teman dan keluarga, makan dengan mereka dan secara sopan dan bijaksana menahan diri dari makan daging babi dan minum alkohol. Jangan memberi perhatian kepada siapa saja yang ingin merusak hubungan antara Anda dengan keluarga Anda dan orang lain atas nama Islam, karena Islam bebas dari semua ini.
[1] (But if they (your parents) endeavor to make you associate with Me that of which you have no knowledge, do not obey them but accompany them in [this] world with appropriate kindness and follow the way of those who turn back to Me [in repentance]… 31:15).
Terjemahan Al Quran Indonesia:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”
[2] Yang dimaksud dengan orang-orang yang zalim ialah: orang-orang yang setelah diberikan kepadanya keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dengan cara yang paling baik, mereka tetap membantah dan membangkang dan tetap menyatakan permusuhan.
[3] Kutipan pada ayat ini diperlengkap sesuai dengan ayat yang dimaksudkan.
*)Sheikh Ali Gomaa tercatat sebagai orang nomor 14 dari 500 muslim paling berpengaruh di dunia. Ia juga salah satu profesor ilmu hukum di Universitas Al Azhar dan anggota Dewan Fatwa.
Sumber: Dar Al-Ifta Al-Missriyyah
Mungkin Anda tertarik juga untuk membaca:
2 tanggapan untuk “Memutus Hubungan Baik Atas Nama Islam”