Kolom John Kuan
——— Untuk Abdul Hadi WM
:: seluruh kata dan kalimat di dalam 10 puisi ini saya jambret dari buku puisi Abdul Hadi WM: Tuhan, Kita Begitu Dekat ::
1. Tuhan, Kita Begitu Dekat
Tuhan dekat, aku panas
dalam kainmu arahnya gelap
aku nyala lampu padammu
2. Langit Di Mana-Mana
Di atas air, di atas pasir
senja haus waktu, cair
dinding hatimu pada kayu
muara kemarau, putri-putri buih
di atas badan sunyi perahu dagang
membersihkan gelap
menelan dongengmu, penunggu muara ramah itu
3. Sarangan
Cemara menyerbu
bulan, kolam luka-lukanya
sejoli tidur
4. Pelabuhan Banyuwangi
Ombak berdiri di geladak
kelasi percaya seketika, seketika
mengalir tali temali, tiang, lampu-lampu
pelabuhankah bersuara?
5. Kuncup
Kuncup dunia
batu menggeliat
suara airmata hama
palangnya diberi nama gelisah
6. Anak
Anak gelombang mengerti
terpendam, diam, surut, tak karam
tidur merenggut bintang
7. Kudengar
Bersua rambut hitammu
gelombang bunga terjaga
di ruang susut ranjang cakrawala
8. Tangan
——— Untuk Sutardji Calzoum Bachri
Tangan di kabut meluap
jantung, sungai, tebing curam
tak lebih dalam, kita tahu
tapi ombak bosan karang
9. Doa I
Kenyang hingga lapar
Kaulah kenyang itu
Nasi jiwa lapar
Sekedar kenyang
Kaulah airmata. Amin
10. Cinta
——— Untuk Tedjawati
Laut pada arus
ombaknya hatimu
memukul kegelapan
menangkap cahaya
pecah menjelma di sampingku di sampingmu
kata-kata, waktu
jembatan kalbu
Catatan:
Seluruh puisi-puisi ini berasal dari buku puisi Abdul Hadi WM: Tuhan, Kita Begitu Dekat. Judul di atas sama persis seperti judul di dalam buku puisi Pak Abdul Hadi WM, isinya sudah saya utak-atik, begini yang saya sebut semi-otomatis menulis puisi. Misalnya yang No. 1 Tuhan, Kita Begitu Dekat, puisi aslinya begini:
Tuhan
Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas
Aku panas dalam apimu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas
Aku kapas dalam kainmu
Tuhan
Kita begitu dekat
Seperti angin dan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
kini aku nyala
pada lampu padammu