five element

Udara, Air, Tanah, Api

Puisi Binandar Dwi Setiawan
 

five element
gambar diunduh dari http://www.ariellucky.files.wordpress.com

Udara

 
kekasih, mata belumlah terhalangi dari melihat
terlunta aku dibelantara, kehilangan makna ku mencakupnya
percakapanmu itu terlalu berwibawa bagiku
secuilpun tak engkau rasa ketakterbenakkan yang merajam setiap titik bagian tubuhku
aku mampu saja membagi kepadamu, aku tidak mampu saja membagi kepadamu
jatah, curahan, mengapa menyanggahnya terus menerus
pintu yang mana yang terbuka jika seluruhnya adalah kungkungan dinding tek tertembuskan
cobalah rasakan kesakitan yang mendalam ini
cobailah hembusan dinginnya saja, niscaya eranganlah nafasmu yang engkau anggap gagah itu
aku tak sedang meragukanmu, tapi kebodohan merangkumku, menodong syairku maju
dan tangan diatas tangan diatas nada diatas tangisan diatas keperihan
diatas apa yang engkau tak bakal sanggup menanggungnya
ketika hari itu tiba, niscaya menyapaku pun engkau segan sepenuhnya jiwa
sebenarnya engkau tak pernah mengenalku
menangislah, menangislah saat ini juga, aku menuntutmu, aku memaksamu!
kawan yang terdekat, aku melihat samuderamu sebagai hitam tanpa arah, gelisah, memekak
dan enak saja engkau mengklaimnya sebagai yang membeningkan..!
bukan tentang konsep, bukan tentang prosedur, bukan tentang bagaimana yang seharusnya
wahai yang seluruh perhatianku tertuju kepadamu, aku tak memintamu menuruti
aku tak memintamu jadi ini itu, dan teruslah berusaha membunuhku
berjanjilah untuk terus berdiri… engkau dengar itu..!!!
erangilah keperihan yang membusuk di pucuk pucuk daun tua ini
sudah kusampaikan kepadamu, dan sudinya kekosongan membakar
dan ketidakmungkinan padamu melekat selekat diri
kekasih, aku ulangi lagi, mata belumlah terhalangi dari melihat…
 

Air

 
habis sudah cerita tertulis
tinta mengental atau kering, aku tak peduli lagi
akulah yang menghabisinya, mengembalikannya kepada asalnya
identitas yang paling menyala yang tak terhentikan yang marah
 
maukah engkau disampingku untuk menelisik lebih dalam lagi
sebab tak kutemukan lagi apa yang dulu sering terbuka bagiku
di kerincian gelas gelas itu tak kutahu apakah udara atau tanah
apakah air atau api, yang mana yang memfrustasikan kelahiran gelas
ketika tidak ada yang terputus, ketika itulah pencarian terhentikan, dan mawar menyemburkan darah
 
pastilah ini bukan perasaan
sebab tidak kulakukan kecuali menghindar
kehendakmu menantangku, bukan hanya untuk siapa yang akan pergi
setiap molekulku adalah kesalahan yang takkan pernah memungkinkan perbaikan
maka jangan heran dengan semua keherananku, biarkanlah aku maju
sebab akulah pemilik seribu jurus dari seribu jurus yang ada
definisi pun tak mendeklarasikan akanku
ketika penalaan selalu saja terjadi pada setitik saja bentukan benakku
maka lebih agung aku mati, agar aku tak terkait dengan apa yang memang sesungguhnya
tak pernah terkait padaku, sekali saja jangan menoleh kearahku
bukan aku pelakunya, bukan aku tersangkanya, bukan yang berbuat aku
ketika ini hanyalah sebuah koma, bukan kata atau kalimat
hatimupun terpaksa mengernyit dan bertapa dalam semedi yang harusnya milikku
percayakah engkau sedangkan aku percaya
seluruh tentangmu pun akan terbenarkan
bukan dimulai dari saat ini atau telah ada sejak dulu
tapi karena memang seperti itulah yang kejadian inginkan….
 

Tanah

 
Aku ingin lebih tidur dari ini
Berkipasnya udara memanjakan daya
Dan terus bertambah kekuatan tanpa pusat tanpa batas
Aku ingin lebih tidur dari ini, saja
 
Aku ingin engkau lebih menginjakku, lebih melukaiku, lebih menyakitiku. dan sah bagimu bila hendak menguliti luka per luka disekujur rasaku. atau cahaya yang mencegahmu, atau kegelapan yang memberhentikanmu. bolehlah aku terjatuh dari atap langit mengabadikan kealpaanku akan kejatian dirimu yang keseluruhannya cakrawala tergetar betapa setianya aku kepadamu. termabuk aku mengungkap sari, dan ini benar bahasaku. yang tak menuntutmu untuk tahu, hanya aku yang menyertaimu dalam segala jenis predikat. merebut sepenuhnya dirimu dalam pola yang mustahil untuk engkau pahami. merasuki, menjadikan aku sebagai engkau. hingga terasakan olehku segala yang menimpamu. pergi menghilanglah semiliar citra pagar dan batas. berada diantara kepenjaraan dan kebebasan, aku syahdu menari pada kesemuanya gerakan, tertabuhkan oleh tangisan dan tawamu. oleh segala rupa ambiguitas. makna makna pun akhirnya berseliweran, menyalami satu per satu keanggunan tegak berlakunya kejadian. siapa yang membingkis ini menjadi sedemikian indahnya.
 
Aku ingin menceritakan kepadamu, betapa keadaan ini tak pernah bertopeng
Bahwa aku bersedih seketika kebahagiaan tiba, bahwa aku bahagia seketika kesedihan tiba
Maafkan aku jika memilih membahagiakanmu esok hari, daripada melukaimu saat ini
Sempurna
 

Api

 
jangan lukiskan aku dengan kemarahan dan nada yang tak berimbang
telah kucuri dari kalian semua, sesuatu yang tak kalian tahu dalam keberhargaannya
dengan itulah kehidupanku, dengan itulah sempurnaku, dengan itulah aku sang aku
dan memang akan selalu beginilah samaranku melengkapkan yang tak lengkap
aku berani menyandang sifat ini, meski itu menutup kesempatan akan sebuah percakapan
sampaikan salamku pada segala kedambaan yang kurelakan
kepada kesucian cahaya ketika putih adalah terang, pada agungnya pertumbuhan yang tak tertetesi keangkuhan
menjadi keberhakan atasnya menyentuhku, dia yang kekejamannya tak pernah terpahami
wajarlah aku bertanya bilamanakah dua cawan satu permadani teradakan kembali
untukku bersyahdu dengan diriku sendiri
mengenalkannya pada identitasnya yang sebenarnya
bahwa tak apalah buah berbeda bentuk dengan akarnya, tak apalah tak semuanya terjawab
maka dengankulah keberputaran berlangsung, keseimbangan tersakralkan
syarat menjadi kenyataan yang samar, membiarkan bersebaran pandang demi apa yang dipesanggrahan mata
bukan hendak mempersulit segalanya, aku hanya ingin meletakkan segala sesuatu pas sesuai pada tempatnya
maka beginilah adanya dalam keseharusannya…

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s