pembebasan

Manusia Baru

Gerundelan Ragil Koentjorodjati

pembebasan
gambar diunduh dari shraddhananda.com

Ada satu cerita tentang seorang bocah yang menginginkan mainan baru. Anggaplah mainan itu sebuah boneka Timmy. Anda tahu, Timmy si anak kambing pada kartun Shaun The Sheep cukup digemari anak-anak. Bukan saja karena bentuknya lucu menggemaskan, tetapi juga karakter yang kuat untuk memenuhi rasa ingin tahu, ciri khas anak-anak. Wajar jika si bocah terpikat dan ingin memiliki boneka Timmy ini. Persoalannya, si bocah telah memiliki banyak boneka di ranjang tidurnya. Beberapa telah bau pesing dan sebagian lainnya kotor berdebu.

Memancing rasa tahu si bocah, sang ibu bertanya,”Mengapa harus beli boneka baru? Bukankah yang lama masih bagus?” Karena si bocah tidak menjawab sesuai dengan keinginan ibunya, ia tidak dibelikan boneka baru. Si ibu lebih senang membeli buku-buku pelajaran untuk si anak yang kadang harus dipanggulnya ketika berangkat sekolah. Ya, saya menyebut dipanggul karena memang buku pelajaran dalam satu hari untuk anak SD mendekati berat beras 10 kg. Begitu berat beban yang dipanggul anak-anak SD jaman sekarang. Dan tentu sebagian besar harus buku baru.

Saya tidak hendak melenceng membahas dunia pendidikan kita yang Anda tahu cukup menyedihkan. Lebih menarik minat saya jika membahas pertanyaan “mengapa harus beli boneka baru?” Pertanyaan ini bisa disubstitusi dengan kata-kata lain seperti: mengapa harus buku baru, mengapa harus rumah baru, mengapa harus mobil baru. Jika lebih abstrak lagi: mengapa harus aturan baru, mengapa harus undang-undang baru, mengapa harus agama baru, mengapa harus baru, termasuk di dalamnya “mengapa harus manusia baru?” Apakah yang baru pasti lebih baik dari yang lama?

Jawaban pertanyaan ini bisa ruwet namun juga bisa sederhana, tergantung dari mindset masing-masing orang. Mindset sebagai seperangkat cara pandang konsep berpikir dan bertindak manusia, memegang peran penting dalam menyikapi fenomena-fenomena di abad ini. Kemudian beberapa ajaran menyodorkan konsep “manusia baru” guna menyikapi jaman yang bagi sebagian orang tampak semakin buruk. Manusia baru yang bagaimana?

Beberapa ajaran dan agama menekankan “manusia baru” sebagai “perpindahan manusia lama yang penuh dosa ke manusia baru yang suci.” Konsep pertobatan, penebusan dosa, berdoa, berpuasa, samadhi, bertapa, pada intinya sebagai usaha “menghapus manusia lama menjadi manusia baru.” Lalu mengapa sekian lama kita tidak melihat perubahan yang berarti dari hadirnya manusia baru hasil proses beribadah, berdoa, berpuasa, mati raga dan lain sebagainya itu? Kita masih cukup kesulitan menemukan sebuah hubungan antar manusia yang saling menghormati dan menghargai. Memang negara ini menganut demokrasi, namun masih jauh dari egaliter. Alih-alih menjadi manusia yang hijrah dari keburukan, konsep manusia baru justru membawa manusia “naik kelas” merasa boleh merendahkan yang lain. Simak kejadian akhir-akhir ini soal film dan kartun Nabi Muhammad. Ada perubahan cara pandang (mindset), tetapi tidak bergeser dari fondasi “ke-aku-an” sehingga yang terjadi adalah cara pandang “surga buatku”, “kabar gembira buatku”, atau “alam semesta buatku.” Salah satu tujuan beribadah, berdoa, berpuasa dan mati raga untuk menjadikan manusia sebagai pembawa kabar gembira, sebagai rahmat bagi alam semesta, tidak tercapai. Berdoa dan beribadah sebagai salah satu cara mengubah mindset -cara pandang lama ke cara pandang baru-, berubah fungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan diri sendiri semata.

Kembali ke soal Timmy. Karena sang ibu tidak mengabulkan permohonannya, si bocah berdoa, memohon kepada Tuhan agar keinginannya memiliki boneka Timmy dikabulkan. Itu dilakukan sebab guru-guru agama mengajarkan demikian: berdoalah agar Tuhan mengabulkan permintaanmu. Di suatu malam yang sepi, si bocah berdoa dengan keras sehingga seisi rumah mendengarnya, termasuk sang ayah. Keesokan paginya, sang Ayah membelikannya boneka Timmy. Tuhan telah mengabulkan doanya.

Pertanyaan selanjutnya: apakah Jokowi dan Ahok sebagai pemimpin baru akan lebih baik dari pemimpin lama?

Salam pembaharuan! 🙂

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s