Puisi Kekasih Hatiku

Flash Fiction Ragil Koentjorodjati

ilustrasi ilikesunflower.files.wordpress.com
Ini puisi kekasih hatiku. Katanya, ia tidak mampu menuliskan rasa dalam kata. Jadi, ia memintaku memaafkan kenaifannya. Tentu saja, itu sesuatu yang tak perlu diminta.
Awalnya ia bertanya, “Kata apa yg mewakili hati penuh syukur, berpasrah dan meletakkan segala persoalan pada-Nya?”
“Cukup rumit kurasa. Kenapa tidak kaupakai metafor saja?”
Hingga di satu ketika, ia menuliskan dua kata pertama, kerudung jiwa. Lalu serupa mantra, kata-kata menggelora dari hatinya.

Kerudung Jiwa

Inginku hanya sederhana,
menjadi perempuan seutuhnya
menghamba Ia Sang Maha Cinta
dengan segenap pujian dari setiap degup dada

Kututupi jiwaku yang suci sejak di detik pertama kelahirannya
berkerudung doa berenda puja
agar senantiasa perawan hingga ajal menjelang.
Bukankah tidak ada aurat yang lebih berharga selain jiwa suci yang Ia titipkan dalam hati?

Kujaga pandanganku dari buruk prasangka
Kujaga bibirku dari bicara sia-sia
Kujaga tubuhku dari gerak tanpa makna
Kubiarkan mereka yang mengejekku kala tak kukenakan penutup kepala
Kumohonkan maaf bagi mereka yang mengataiku mengumbar nafsu pria
Kulapangkan jalan bagi mereka yang menuduhku berlumur dosa

Sebab Ia tidak memandang apa yang menutup kepala
Sebab Ia menginginkanku mengenakan kerudung jiwa
Agar satu-satunya aurat yang kupunya, layak kupersembahkan pada-Nya.

Itulah puisi kekasih hatiku. Lucu ya? Tapi, ia tidak sempat menuliskannya. Sang Maha Cinta memilih jiwa perawan kekasih hatiku bersemayam di kalbu-Nya. Hanya bisiknya yang kudengar dari surga.

Medio juni 2011

2 tanggapan untuk “Puisi Kekasih Hatiku”

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s