Sekian lama menunggu masih belum ada yang mengajukan diri untuk berkorban. Lagian, mana ada orang yang dengan sukarela mengajukan diri untuk mati dalam kondisi demikian. Bunyi retakan dahan mengingatkan mereka bahwa harus ada yang berkorban untuk yang lain. Tampaknya, lima orang HR sudah mulai frustasi dan memilih “tiji tibeh – mati siji mati kabeh” (kalau satu mati maka yang lain juga harus mati). Disaat kalut demikian tiba-tiba akuntan dengan penuh perasaaan berkata,”Baiklah…demi kepentingan semua, saya akan menjatuhkan diri. Akuntan sudah dipersiapkan untuk berkorban demi perusahaan. Meninggalkan keluarga demi perusahaan. Tidak pernah meminta ganti atas biaya yang dikeluarkan. Bekerja sampai larut tanpa uang lemburan. Fiuh….”
Begitu akuntan selesai berbicara, seluruh HR bertepuk tangan…..tentu saja mereka semua langsung jatuh!!!
Disadur dan diadaptasi dari email berbahasa inggris seorang sahabat.