mata pedih

Di Siang yang Serba Panas

Puisi Ragil Koentjorodjati


Larik puisi macam apa yang pantas untuk siang yang serba panas,
Keringat kita menetes,
Tak lagi deras. Tapi kerontang memerah hingga perih.
Ya, aku takut. Bukan tak mungkin selanjutnya kulit meneteskan darah.
Apakah hidup ini terlalu keras?
Selebihnya aku tersenyum,
di siang yang serba panas.

Aku ingat lakon sebuah komedi,
nyaris tanpa tamat,
seorang lelaki tertawa –terus tertawa,
lalu terbakar,
meleleh tinggal murung dalam seragam baju serba lucu,
aku yakin, kau tidak pernah tahu berapa musim ia lalui penuh rindu,
rindu yang dingin dan beku pada hari yang serba panas.
Entah untuk apa. Mungkin untuk sesuatu.
Atau untuk seseorang berhati kering dan gersang.

mata pedih
gambar diunduh dari fc07.deviantart.net
Sungguh,
di siang yang serba panas,
kita butuh sebidang dada lapang,
dan hati yang cukup teduh untuk melepas keluh.

Lalu tiba-tiba aku ingat kau,
yang setia menyenyumi bara di dadamu. Tulus.
Selebihnya aku tersenyum,
di siang yang serba panas.

Awal Mei 2012

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s