Puisi-puisi Agus Sulistyo
Kepada Bekas Istri
Aku menjemputmu sebagai matahari
ketika hujan airnya sudah tak mampu lagi menenggelamkan pagi
hangat bias cahayanya mengukur waktu yang diberikan kepadaku
sebelum beringas mencakar setiap jarak di kulitku
Aku menyetubuhimu sebagai api
ketika kuatnya hembusan nafasku tak lagi mampu menjaga baramu
tak ada waktu lagi yang diberikan kepadaku
hingga aku baru menjadi tahu ketika tiba-tiba tubuhku telah menjadi abu
Aku berdiri menatap tanah kering di depanku yang beralaskan debu
ketika sore hari segera menitipkannya kepada sepoi angin
untuk sesaat kemudian ikut menjemput malam
yang takkan pernah bisa kutemui lagi
Karena aku telah mati, bersama padamnya api tubuhmu.
Gugusan Hidup
Tumpukan kertas,
sepotong pensil yang tinggal setengah,
rautan … bahkan karet penghapus
tak juga mampu menghidupkan kembali sebuah kematian
Perlahan, kuberangkatkan jasadku kepada langit …
kubaringkan di atas awan yang kian menghitam
luruh, larut bersama semaian hujan
menyatu dengan bumi
Melukis ruang sebuah awal kehidupan,
meski tidak lagi bagi diri.