Puisi-puisi Alra Ramadhan

gambar disediakan oleh Alra Ramadhan
gambar disediakan oleh Alra Ramadhan

KOPI

setelah menjura untuk kesekian kali, kaucabut
kepada lembut
kabut, kaupusatkan dua lensa
yang nila
“oh, kau harus lihat garis edar bendabenda angkasa.”

aih, ya saja, merekamereka berputarberputar
di gelas memar
waktu kaudaratkan ujung penamu di kotak
tekateki silang, dan kekatamu tak pas:
revolusi, katamu
revolusi (?), ini aku
revolusi, kau beri tanda seru
dan kausebut angka pasti
ratus hari

tapi aku tak ingat angka itu
dan revolusi, aku cuma menjawabnya sendiri
sebab sejak itu kauberlalu
sisakan ampas kopi yang masih mengorbit
di kotakkotak yang belum kaupenuhi

(Malang, 2013)

TEH

tenang,
sebentar lagi bakal datang,
sst… kubilang tenang,
tahan pelatukmu
dan lihat itu, di celah pohonan yang menyerap air langit, dekat semak tempat kaukencing tadi, kau lihat bukan, itu buruan kita!

toh aku mengangguk saja waktu ia menyuruhku untuk tenang. baru kali ini aku benarbenar menurut. tapi bagaimana lagi, dia memang lebih jago berburu, sedang aku tak tahu apaapa soal ini. amatir. maka kutahan juga pelatukku–butuh waktu menariknya

kubilang juga apa,
dia mengendusnya,
bau pipismu! haha, dia benci itu. ia tak senang ada pengganggu masuk wilayahnya. dan kalau kau sadari, dia segera mencarimu setelah ia tahu cirimu. dan perlu kugaris bawahi, seperti dugaanku, ia tak akan pedulikan jika itu air seniku

oh ya, dia berkata begitu,
sebelum menyuruhku
keluarkan kelamin dan menyemprot pohon itu,
katanya: kalau aku, buruanku sudah hapal pada taktikku, kita perlu yang baru, tenang saja, kau akan tetap aman di dekatku

tenang, tenang,
aku tempelkan telunjukku di mulut,
kudesiskan desis,
sempat ia tadi tak percaya: bagaimana kautahu ia akan mencariku, dengan membaui kencingku? seakan kaubisa menjadi mereka saja!

tapi dia benar,
dan kami duduk di beranda sekarang,
dengan hasil buruan
dan gelas yang masih penuh
berisi teh panas
di mana di sana muncul raut wajah tenang
sang serigala yang kutembak mati tadi

(Malang, 2013)

SUSU

nyatanya masih aku palingkan juga
wajah ke arah celahnya
bahkan ketika kausekedar lewat
di depanku dan tanpa sapaku,
tanpa juga sapamu,
sapa kita

siapa kita
yang tak dikenal tak dikekang tak dikenang?

ah tapi kuingat juga senyummu manis
dan gigigigimu yang berbaris
begitu rapi,
dekat sisasisa susu, di pojok bibirmu,
yang kuhapus dengan kecupan merdu

nyatanya aku masih palingkan pula
wajahku
ke arah tak tentu
ketika kuteguk hangat susu
dan berharap kutemu lagi kamu
serta baris putih gigimu rapi
di sudut gelas bundar ini

(Malang, 2013)

Alra Ramadhan lahir di Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, dan sekarang berkuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya, Malang. Saat ini ia sedang menyiapkan himpunan puisi dengan judul Salindia. Selebihnya, dipersilakan merapat ke twitter @alravox

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s