Flash Fiction Ragil Koentjorodjati
Amplop telah disiapkan. Sepuluh ribu terlalu sedikit untuk Pak Lurah. Ibu biasanya menyumbang dua ribu untuk tetangga yang samasama kekurangan. Kali ini Ibu meminjam uang Pakdhe lima puluh ribu dengan jaminan sendok dan garpu.
Tidak ada yang lebih menyenangkan pada saat kondangan bahwa dengan sedikit isi amplop kami akan membawa pulang banyak bungkusan.
Pada hari H, kami duduk memisah. Bukan sebab kami orang susah, tetapi kami tidak mau jika duduk di depan dianggap sebagai orang peminta sedekah.
Pak Lurah tersenyum bangga. Rakyat memujanya seperti raja. Ia peluki siapa saja. Dan kami pulang tiada membawa apaapa.
24 Nov 2011
Tulisan Terkait:
Kenduri
Kumbakarna Gugur