Puisi John Kuan
1.
Petai cina sepuluh batang
tebang pilih tiga sisa tujuh
sekejap gemericik, derai
miring gerimis September
menabur di pekarangan jauh
Bunga jombang berlomba
guling di rumput hijau
hanya tidak diijinkan masuk pintu ———
Di balik pintu sekat ruang
sekat waktu, duduk hening, alis putih
bunga anggrek, bonsai Buxus
agak jauh agak jauh ada sederet bambu
Kau menulis bunga plum
aku baca sejarah kolonial
Suhu hangat sedang mengukus
lumut hijau di sela bata merah
Tahun itu bukan April saja bisa keji
sehalaman bunga baru selesai merekah
di hutan karet tidak hanya cangkang biji meletus
2.
Bugenvil tetangga seperti satu malam
mekar semua, bahkan diam-diam menjulur lewat
dinding kayu, seperti juga ada sayap
seekor kupu-kupu putih mengaduk lembab
meriak semacam getaran sunyi
di sebelah dinding kayu: sungguh pekarangan hening
( Anak lelaki mereka luka parah di atas ranjang
September yang dingin ) Maukah
kita berdoa untuk kesehatannya?
Petai cina tujuh batang:
semacam romantis, pusing menaksirnya
September juga tidak setara musim gugur
Sebiji hati sesat di lorong-lorong batu hijau
tiba-tiba purnama agak basah di atas tembok, sorot
kau menulis bunga plum
aku baca sejarah kolonial
Petai cina tujuh batang
Tujuh batang juga bagus