Arsip Tag: karangan

Lomba Menulis Flash Fiction RetakanKata

Kabar RetakanKata – Ingin mendapat pulsa plus buku Antologi Cerpen RetakanKata 2012: Hari Ketika Seorang Penyihir Menjadi Naga? Ikuti saja lomba menulis flash fiction di Blog RetakanKata. Lomba menulis ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 – 28 Oktober 2012. Kali ini lomba dikhususkan untuk menulis flash fiction bertema “Kebangkitan Pemuda”. Kamu bisa menulis segala lika-liku terkait dengan peran pemuda dan atau mahasiswa dalam berkontribusi pada kemajuan masyarakat atau pun generasinya.
Ketentuan lomba adalah sebagai berikut:
  1. Peserta lomba tidak perlu mendaftarkan diri. Siapa saja yang ingin mengikuti lomba dapat langsung mengirim naskah lomba sebanyak-banyaknya melalui email retakankata@gmail.com dengan subyek email LOMBA FF_nama pengirim.
  2. Karya yang dikirim dilampiri dengan kartu identitas (KTP/KTM/SIM/Kartu Pelajar atau Pasport Indonesia) dan alamat email atau nomor handphone yang mudah dihubungi.
  3. Karangan adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasikan.
  4. Jika ada kutipan dari pihak lain dalam karangan, harus mencantumkan referensi di catatan kaki.
  5. Karangan ditulis pada kertas A4 dengan menggunakan huruf Times New Roman, font 12, dengan spasi 1,5 margin 3 cm dari atas, 2 cm dari kiri, 3 cm dari bawah, 2 cm dari kanan, dengan jumlah kata antara 400 sampai dengan 1000 kata.
  6. Karya-karya pilihan akan dikumpulkan dan jika para pengarang menghendaki untuk dibukukan, RetakanKata akan membantu proses selanjutnya sepanjang memenuhi persyaratan untuk diterbitkan dalam sebuah buku.
  7. Hadiah:
  • Pemenang I mendapat pulsa sebesar Rp150.000,00 ditambah buku Antologi Cerpen RetakanKata 2012.
  • Pemenang II mendapat pulsa sebesar Rp 100.000,00 ditambah buku Antologi Cerpen RetakanKata 2012.
  • Pemenang III mendapat buku Antologi Cerpen RetakanKata 2012.
Batas akhir pengiriman naskah tanggal 16 November 2012 pukul 24.00 WIB.
Nama peserta dan naskah lomba tidak akan dipublikasikan. Pemenang lomba akan diumumkan pada tanggal 30 November 2012. Keputusan juri atas lomba ini tidak dapat diganggu gugat.
NB:
Hadiah pulsa dapat ditukar dengan uang tunai jika pemenang menginginkan.
Selamat Berkarya!
Didukung Oleh:

Sebuah Alasan Mengapa (Kita) Harus Menulis

Resensi Riza Fitroh Kurniasih

“Syarat untuk menjadi penulis ada tiga,
yaitu menulis, menulis, menulis.” (Kuntowijoyo)

eko prasetyoBuku yang masih begitu segar untuk dinikmati, sebuah buku motivasi karangan Eko Prasetyo. Cocok bagi para pemula yang sedang terjun dalam dunia tulis menulis ataupun bagi mereka yang telah sukses berkarir di dunia tulis menulis untuk tetap berkarya.

Menulis sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, bahkan hal ini sudah dilakukan oleh nenek moyang kita jauh sebelum mengenal buku dan alat tulis. Menjadi pertanda bahwa aktivitas menulis bukanlah hal yang baru, dan menulis pun dapat dimulai dengan apa saja yang ada di depan kita.

Buku dengan judul Kekuatan Pena ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama, yaitu; Catatan Pertama: Meretas Motivasi, Catatan kedua: Budaya Baca, dan Catatan ketiga: Suksesor. Pembagian subtema menjadi tiga bagian menjadikan pembaca lebih mudah dalam mengikuti alur yang dimunculkan.

Pada Bagian Pertama mengulas seputar bagaimana motivasi untuk memulai dalam menulis. Pemunculan realita yang dialami oleh beberapa pemula juga dimunculkan di dalam bagian ini, sehingga diharapkan para pembaca termotivasi untuk memulai menuliskan apa saja yang kita rasakan. Dalam buku ini dikisahkan bahwa seorang pelacur pun juga menulis, baginya menulis merupakan lahan yang potensial untuk digarap. Lebih dari itu menulis juga tidak harus identik dengan pendidikan yang tinggi. Segudang manfaat diperoleh dari kegiatan menulis ini, baik menulis opini maupun karangan sejenisnya. Menulis sebagai upaya membebaskan ide yang kita miliki.

Tak perlu berkecil hati ketika tulisan kita belum dimuat. Dengan tidak termuatnya tulisan tersebut kita mempunyai kesempatan untuk melihat dan membaca ulang tulisan kita. Mengoreksi dan berkonsultasi kepada yang lebih berpengalaman untuk perbaikan tulisan. Ketrampilan menulis menjadi indikasi kemajuan sebuah bangsa yang terpelajar. Menulis menjadi sarana untuk mencatat/merekam ssebuah peristiwa bersejarah, meyakinkan akan sebuah fakta, memberitahukan akan sebuah informasi dan mempengaruhi demi sebuah cita-cita. Hal ini hanya dapat terwujud dengan baik jika seseorang dapat menyusun dan mengutarakan pikirannya dengan jelas.

Dalam sebuah tulisan dengan judul “Menjaring Ide”, terdapat sebuah pesan yang mengungkapkan “kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. Untuk mampu menyusun dan mengutarakan pikirannya dengan jelas hal utama yang paling penting adalah menjaring ide. Seorang yang berprofesi sebagai jurnalis dituntut untuk selalu mengembangkan kreatifitasnya, ide tidak oleh kering.

Eko Prasetyo menyadari akan hal ini, dalam buku ini ia menyebutkan bahwa langkah pertama untuk menjaring ide adalah kita cukup membawa buku tulis kemana pun kita pergi. Kedua memperbanyak membaca, dan yang ketiga adalah banyak mengobrol hal-hal positif. Setelah ide-ide tertulis dalam buku catatan kita tinggal menuangkan ide-ide ini ke dalam sebuah tulisan. Kita cukup menuliskan apa yang kita bayangkan.

Pada catatan kedua tentang budaya baca. Kita akan menjumpai sebuah fakta yang mengejutkan tentang negara kita, Indonesia. Pada tahun 2003, United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan Indonesia pada urutan ke-112 di antara 174 negara. Sedngkan pada 2005 turun di urutan 117 di antara 177 negara, angka ini menunjukkan fakta adanya penurunan. Jika dibandingkan dengan negara sedang berkembang lainnya, bahkan di ASEAN sekalipun, kemampuan membaca (reading literacy) anak-anak Indonesia sangat rendah.

Pada tahun 1992, International Association for Evaluation (IEA) dalam sebuah studi memperoleh hasil bahwasannya kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV pada 30 negara di dunia menyimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-29. Posisi ini setingkat dengan Venezuela yang menempati peringkat terakhir. Hal ini didasarkan pada kondisi pasif tentang kurangnya gairah dan kemampuan para peserta didik untuk mencari, menggali, menemukan, mengelola, memanfaatkan dan mengembangkan informasi.

Pada bagian terakhir dari buku ini, catatan ketiga dengan tema suksesor, memuat secara eksklusif sekelumit orang-orang yang sukses dari hobinya. Eko Prasetyo menuangkan sebuah fakta kesuksesan dalam buku ini, tercatat per edisi 24 april-21 mei 2008 dalam majalah Adil menuliskan lima nama penulis terkaya di Indonesia. Tempat pertama diisi oleh Andrea Hirata, penulis tetralogi laskar pelangi, yang meraup keuntungan Rp. 2,5 miliar. Kemudian disusul oleh Habiburrahman El Shirazy-penulis novel laris ayat-ayat cinta-yang mendapatkan penghasilan Rp. 1,5 miliar. Berikutnya berturut-turut Nana Kinoysan, Asma Nadia, dan Helvy Tiana Rosa.

Kekayan materi bukanlah yang menjadi tujuan utama. Kekayaan yang diperoleh bisa berupa kepuasan seperti yang diperoleh oleh Helvy Tiana Rosa yang rajin menyumbangkan royaltinya untuk kegiatan sosial. Dengan menulis ternyata manfaat tidak hanya bermanfaat untuk kita, tetapi orang lain juga menikmati hasilnya.

Satu-satunya motivasi Toni Morrison adalah “Bila anda ingin sekali membaca sebuah buku tetapi belum ada yang menuliskannya, Anda harus menulis buku itu.” Tak ada lagi kata untuk tidak menulis, membaca menjadi akar dari terciptanya budaya menulis, membaca dan menulis menjadi sebuah aktivitas yang perkembangannya beriringan.

eko prasetyoJudul Buku      : Kekuatan Pena
Penulis             : Eko Prasetyo
Penerbit           : PT Indeks, Jakarta
Tahun              : 2012
Tebal               : 164 halaman
Harga              : Rp. 35.000,-
ISBN               : 979-062-328-3

*) Peresensi adalah Mahasiswa FKIP Biologi UMS Angkatan Tahun 2010. Aktif mengembangkan Komunitas 3 Pena Buku (K3PB)