kabar budaya

Sabdatama

kabar budayaNgarsa Dalem Sampeyan Dalem Hingkang
Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati
Ing Ngalaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama
Kalifatullah Hingkang Jumeneng Kaping Sadasa Ing
Ngayogyakarta Hadiningrat.“Ingsun Kang Jumeneng Nata Mataran medarake Sabda:
Dene Kraton Ngayogyakarta saha Kadipaten Paku Alaman iku, loro-loroning atunggal.
Mataram iku Negri kang merdika lan nduweni paugeran lan tata kaprajan dewe.Kaya kang dikersaake lan dikaperangake, Mataram ngesuhi Nuswantara, nyengkuyung jejeging negara, nanging tetep ngagem paugeran lan tata kaprajane dewe.

Kang mangkana iku kaya kang dikersaake, Sultan Hamengku Buwono sarta Adipati Paku Alam kang jumeneng, katetepake jejering Gubernur lan Wakil Gubernur.

Ngayogyakarta, Suryo kaping 10 Mei 2012
Sri Sultan Hamengku Buwono X

——————-
terjemahan :

AMANAT RAJA

Bahwa Kraton Ngayogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman adalah dwi tunggal yang tak bisa dipisahkan.
Mataram itu negara merdeka dan memiliki aturan dan tata kelola pemerintahan sendiri.

Atas karsa dan kehendak rakyat, Mataram mengasuh Nusantara, tetap mendukung keberadaan Nusantara (Indonesia), tapi (Mataram) punya aturan dan tata kelola pemerintahan sendiri.

Hal itulah seperti yang diinginkan dan diizinkan, bahwa HB dan Pakualam itu menjadi pemimpin, serta ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur.

——————————————-

Ketika Sri Sultan HB IX Raja Ngayogyakarta Hadiningrat menyatakan diri bergabung dengan Republik Indonesia (RI), langkah tersebut kemudian diikuti oleh hampir semua raja dan tokoh politik di berbagai daerah yang saat itu menjadi pimpinan masing-2 daerah dalam NEGARA INDONESIA SERIKAT (RIS). Semua pimpinan daerah saat itu satu-persatu menyatakan diri bergabung dengan RI dan membentuk NKRI

Maka NKRI tak lagi hanya mimpi. Langkah mewujudkan NKRI menjadi lapang dan lancar, dan Belanda tersingkir dengan sendirinya, tidak mampu kembali , Devide et Impera tak lagi ampuh.

Jika saat itu Sri Sultan HB IX tidak mau bergabung dengan RI, bisa dibayangkan sendiri akibatnya. Barangkali NKRI tidak akan pernah ada.

Kemantaban sikap Sri Sultan HB IX inilah yang tidak dapat dinilai dengan uang berapapun.
Benar bahwa banyak daerah menyumbangkan emas dan kekayaan untuk tegaknya NKRI pada saat permulaan (1945 – 1950).
Tetapi sikap Sri Sultan HB IX & Yogyakarta Hadiningrat, yang dituangkan dalam Maklumat (ijab qobul) adalah sumbangan tak ternilai bagi tegaknya NKRI.

Ketika Presiden RI Soekarno mendapat kabar tentang pernyataan sikap Yogyakarta Hadiningrat, beliau terloncat dari kursi, kaget dan bertakbir, lalu sujud syukur.

 

#Catatan Sapto Poedjanarto

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s