tanpamu,
menderas,
bayangmu,
makin basah,
saputanganku.
~patah~
memoriku tentangmu adalah sesuatu yang tak terjangkau,
harapanku padamu adalah jalan pulang orang tak dikenal,
cintaku padamu adalah lorong gelap tanpa ujung.
~tegar~
engkau mengajariku menatap karang di hempasan ombak,
kikisan batu yang berjubah riak gelombang menyebar keindahan,
aku malu padamu
sebab aku hanya ingin menjadi setetes air mencari jalan pulang,
ke rahim samudera.
~doa sebatang rumput~
Aku rindu hujan yang asin,
serindu tanah pada kekasih.
Lalu aku akan mengapung,
dan engkau menenggelamkanku.
~menutup malam~
seperti biasa, lembar demi lembar catatan harian usai,
selalu saja ada kalimat ‘semoga kaumimpi indah’ di akhir paragraf,
dan aku lupa mengganti pintu yang kaulewati,
ketika aku berdoa agar engkau lekas kembali.
