Puisi Ragil Koentjorodjati
dan lalu tenggelam dalam, di sungai kemiskinan dengan harapan yang tersesat,
aku menyebutnya pahlawan
Lelaki yang tulang belulangnya,
menjadi rerangka jalan raya,
aku menyebutnya pahlawan,
Pengelana yang tubuhnya mengering tanpa darah, keringat dan air mata,
membebaskan haus kerongkongan kita,
aku menyebutnya pahlawan,
Anak kecil putus harapan dan yang lalu mati muda,
menyerahkan sisa umurnya pada kita,
aku menyebutnya pahlawan,
Perempuan tanpa payudara,
yang telah kita perah habis susunya,
aku menyebutnya pahlawan,
Ibu yang kehilangan anak-anaknya,
tergerus laju jaman,
aku menyebutnya pahlawan,
Mereka yang bekerja,
dan menyerahkan seluruh nikmatnya kepada kita,
aku menyebutnya pahlawan,
:mereka sempurna terkubur di lorong dan gorong-gorong,
kuburan yang tidak perlu tanda selain bahwa aku menyebutnya pahlawan.
hari ini, aku ikut menyebut hari pahlawan.
10 November 2011