Kisah Ranting Kering

Puisi Ragil Koentjorodjati

gambar dari: muharrikdaie.files.wordpress.com
Setangkai ranting kering,
letih meranggas di antara hijau dedaun
kecoklatan sewarna tanah
terbata-bata mengeja puja
:selesaikah riwayatku?

Tahun-tahun berganti
berkali kemarau penghujan terlewati
ada seribu duka
ada seribu suka
gembala kecil mengadu
gembala kecil berseruling melagu

:akulah saksi tunas bertunas
:akulah bunyi di malam sunyi
:akulah pokok dari bebuah yang lalu menghijau di telapak kaki
:akulah permadani tempat sepasang kedasih mengikat janji
:akulah rumah bagi cericit kutilang di jelang siang
:akulah tempat anak manusia pengais mencari pelindung dari terik matahari dan hujan
:akulah awal dari bibit-bibit unggul bertumbuh
:akulah anak sekaligus ibu yang kini menunggu nyala api
:hanya sampai di sinikah kisahku?
:aku belum mati, dan belum mau mati

Pengembara tua melintas di bawah ranting kering itu
Bisik lembut menyeruak di sela bibir bermahkota senyum
:seandainya air matamu tidak ikut kering, tentu mata air mengalir dari jantungmu
:seandainya engkau tetap menggelantung di sana, seorang petani akan mengambilmu untuk menghangatkan harinya,
:sekalipun engkau kering, bentukmu sangat sempurna sebagai tongkat penuntun jalanku
:sejak saat ini, engkau akan bersamaku dalam perjalanan panjang ini

:::seringkali manusia meratapi masa lalu, kelemahan dan kekurangan. Sesungguhnya, manusia tidak pernah persis tahu sesuatu yang berjalan di luar kehendaknya:::

Awal Juni 2011

Beri Tanggapan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s