
Untuk dapat dinilai, cerpen-cerpen diseleksi terlebih dahulu sesuai ketentuan lomba. Amat disayangkan jika ada peserta yang sudah menulis cerpennya dengan bagus namun tidak mengikuti ketentuan lomba seperti misalnya mengirim dalam bentuk email, mengirim lebih dari satu cerpen dan yang lebih parah, belum mendaftar sudah mengirim cerpen. Setelah diseleksi, naskah cerpen dikirim ke para juri tanpa ada identitas penulis. Hal ini untuk menjaga obyektivitas penilaian cerpen. Kemudian para juri melakukan penilaian yang meliputi tiga hal, aspek materi cerita; aspek kebahasaan; dan aspek keindahan. Hal yang dinilai dari materi cerita meliputi: tema yang diangkat, latar cerita, penokohan, alur cerita dan juga nilai tambah yang bisa berbentuk pesan moral ataupun pengetahuan. Adapun penilaian aspek kebahasaan meliputi kesesuaian dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, efisiensi dan efektivitas bahasa serta tingkat ‘gangguan bahasa’ yang ada dalam cerita. Selain itu, tentu saja diksi dan komposisi yang membentuk keindahan cerita turut dipertimbangkan.
Setelah menjalani proses yang cukup melelahkan, berikut adalah cerpen-cerpen terpilih:
Juara I
Judul: Hari Ketika Seorang Penyihir Menjadi Naga
Karya: Maria Wiedyaningsih
Berhak mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan satu buku Antologi Cerpen RetakanKata.
Juara II
Judul: Arwah Keibuan
Karya: Fahrul Khakim
Berhak mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan satu buku Antologi Cerpen RetakanKata.
Judul: Hari Ketika Seorang Penyihir Menjadi Naga
Karya: Maria Wiedyaningsih
Berhak mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan satu buku Antologi Cerpen RetakanKata.
Juara II
Judul: Arwah Keibuan
Karya: Fahrul Khakim
Berhak mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) dan satu buku Antologi Cerpen RetakanKata.
Dan berikut ini adalah cerpen-cerpen terbaik yang berhak masuk dalam buku Antologi Cerpen RetakanKata:
–> Burung Gereja di Nagoya, karya Beta Tangguh
–> Dotage, karya MK Wirawan
–> Stasiun Kesunyian, karya Gatot Zakaria Manta
–> Tempe Busuk, karya Victor Delvy Tutupary
–> Bungkam, karya Latifatul Khoiriyah
–> Cinta yang Menyebalkan, karya Miftah Fadli
–> Ibuku Pelacur, karya Sam Edy Yuswanto
–> Budak-budak Tuhan, karya M Nasif
–> Depan Cermin, karya Dandun Suroto
–> Dia, karya Meilia Aquina Hakim
–> Rhesus, karya Zakiya Sabdosih
–> Rantai Mawar, karya Adellia Rosa Rindry Poetri
–> Cincin, karya Canaliy
Tiga belas pemenang tersebut berhak mendapatkan satu buku gratis Antologi Cerpen RetakanKata.
Segenap panitia dan juri mengucapkan SELAMAT MENJADI PEMENANG dan tetap berkarya untuk sesama!
–> Burung Gereja di Nagoya, karya Beta Tangguh
–> Dotage, karya MK Wirawan
–> Stasiun Kesunyian, karya Gatot Zakaria Manta
–> Tempe Busuk, karya Victor Delvy Tutupary
–> Bungkam, karya Latifatul Khoiriyah
–> Cinta yang Menyebalkan, karya Miftah Fadli
–> Ibuku Pelacur, karya Sam Edy Yuswanto
–> Budak-budak Tuhan, karya M Nasif
–> Depan Cermin, karya Dandun Suroto
–> Dia, karya Meilia Aquina Hakim
–> Rhesus, karya Zakiya Sabdosih
–> Rantai Mawar, karya Adellia Rosa Rindry Poetri
–> Cincin, karya Canaliy
Tiga belas pemenang tersebut berhak mendapatkan satu buku gratis Antologi Cerpen RetakanKata.
Segenap panitia dan juri mengucapkan SELAMAT MENJADI PEMENANG dan tetap berkarya untuk sesama!
Salam,
Soe Tjen Marching
Aktivis Budaya, Penulis Novel ‘Mati Bertahun Yang Lalu’ dan Buku ‘Kisah di Balik Pintu’
Kit Rose
Penyair, Penulis Buku Kumpulan Cerpen ‘Perempuan di Tengah Badai’ dan ‘Tentang Rasa’
Ragil Koentjorodjati
Cerpenis, Pengelola RetakanKata.com.
Catatan:
Apabila segenap pembaca pengumuman ini menemukan kecurangan pada cerpen-cerpen terpilih di atas, mohon memberikan informasi secepatnya kepada pengelola melalui email di retakankata@gmail.com.