Mohammad Roem dan Hubungan Muslim Kristen di Indonesia Masa Lalu

Oleh Erwan Rosa

Kutipan dari kumpulan tulisan Mohammad Roem yang diterbitkan penerbit Bulan Bintang tahun 1977.

“Ketika Ibu Roem dan saya beserta anak dan menantu serta cucu (yang pertama) berada di Malang, berhubung dengan adanya Muktamar Partai Muslimin, kami menginap di rumah keluarga Kristen, yaitu keluarga Mawikere.
Hal ini pada waktu itu sangat menarik perhatian.Untuk keluarga-keluarga yang bersangkutan, hal itu biasa. Di Malang kami kenal baik dengan keluarga Koesno sejak kurang lebih 40 tahun. Ibu Koesno adalah ketua Wanita Kristen cabang Malang. Dengan melalui Ibu Koesno kami kenal keluarga Mawikere dengan baik, 10 tahun lalu. Ibu Mawikere adalah wakil ketua Wanita Kristen cabang Malang.
Karena persahabatan yang erat berkat masa yang lama itu maka apabila kami berada di Malang, lebih sering kami menginap di rumah salah satu keluarga itu. Sebaliknya kalau sahabat-sahabat kami itu berada di Jakarta sering pula mereka menginap di rumah kami.
Ketika Wanita Kristen seluruh Indonesia berkonperensi di Jakarta kira-kira 9 tahun lalu, saya sendiri menjemput delegasi dari Malang di Stasion Gambir. Mr. Tambunan yang berada di stasion juga untuk menjemput para delegasi dari tempat-tempat lain, agak heran waktu mengetahui bahwa keperluan saya sama dengan keperluannya. Waktu ia bertanya, mengapa saya datang sendiri, saya menjawab bahwa saya tidak punya sopir. Kawan-kawan saya pemimpin-pemimpin bekas Masyumi dan sekarang pemimpin-pemimpin Partai Muslimin di Malang, sudah tahu hal itu dan tidak heran lagi kalau saya menginap di rumah keluarga Kristen.
Tetapi selama Muktamar Partai Muslimin hal ini sangat menarik perhatian. Keluarga Mawikere mendapat telpon dari pelbagai pihak, juga dari intelijen-intelijen. Kecuali banyak yang heran, banyak juga yang gembira. Karena ada baiknya dalam suasana yang sedang tegang antara kaum Kristen dan Islam. Wartawan harian Sinar Harapan, yang datang untuk memberitakan jalannya Muktamar Partai Muslimin, membuat suatu karangan khusus tentang kejadian ini. Majalah Varia dalam tajuk ceriteranya, menamakan hubungan kami dengan judul karangan ”Persahabatan Keluarga Mawikere-Roem, Lambang Persaudaraan Kristen dan Islam”.
Salah seorang pendeta Kristen di Malang setelah mendengar hal itu merasa demikian syukurnya, sehingga pada hari Minggu, waktu jemaah Kristen sedang berkumpul di gereja ia meminta kepada Ibu Mawikere untuk membacakan doa bagi ”berhasilnya Muktamar Partai Muslimin dan kesehatan keluarga Roem”. Sebenarnya bagi kami yang bersangkutan, hal yang demikian itu tidak kami sukai karena persahabatan itu kurang murni kalau dijadikan bahan propaganda. Tetapi akhirnya kami tidak merasa keberatan kalau orang mensyukuri keadaan yang demikian itu.
Apa sebab persahabatan itu dapat berjalan langsung? Karena kami harga-menghargai. Kalau kami duduk bersama-sama di meja makan, keluarga Roem cukup dengan mengucapkan ”Bismillah”, sedangkan keluarga Mawikere baik waktu berada di rumahnya sendiri maupun waktu berada di rumah kami (di Jakarta) berdoa sesuai dengan agamanya, sebelum makan. Tidak pernah pihak kami berusaha meng-Islamkan pihak yang beragama Kristen dan sebaliknya Ibu Koesno atau Ibu Mawikere tidak pernah mempropagandakan agama Kristennya kepada keluarga Roem.
Demikianlah persahabatan itu telah berlangsung berpuluh tahun dan kami berdoa semoga diridhai Tuhan dan terus berlangsung.”
 
(Mohamad Roem, 1977, Bunga Rampai dari Sejarah II, Bulan Bintang, Jakarta, h. 238-240).

Sumber: Note Achmad Munjid

~diunggah oleh RetakanKata~

Beri Tanggapan